Sabtu, 23 November 2013

Wow, Sepasang Kucing Diwarisi Rumah Dan Uang 2,5 Miliar



Vemale.com -
Kadang, uang mengajarkan seseorang akan sesuatu. Sehingga ketika mereka berhasil menjadi jutawan, mereka tahu apa yang harus dilakukan dengan uang tersebut, Meski akhirnya, keputusan yang ia lakukan mungkin akan membuat banyak orang merasa heran.

Hal ini terjadi pada Leon Sheppard Sr yang meninggal pada usia 79 tahun pada bulan Desember tahun lalu. Namun setelah beberapa bulan, ternyata diumumkan bahwa ahli warisnya adalah sepasang kucing peliharaannya. Bukan pada anaknya, ataupun cucu-cucunya.

Kedua kucing bernama Frisco dan Jack itu, wajib dirawat dan diberi makan sebagaimana selama ini ia memperlakukan kedua kucing kesayangannya itu. Menurut tetangga, keputusan ini tak mengherankan karena Sheppard memang sangat menyayangi mereka. Salah satu putrinya pun mengatakan bahwa keluarga mereka tak mempermasalahkan wasiat yang aneh dari sang ayah itu.

(c)nydailynews.com(c)nydailynews.com
Apabila Frisco, yang merupakan kucing tertua di antara kedua kucingnya mati, maka warisan itu boleh diwariskan pada keluarga Sheppard. Selama hidupnya, Sheppard pernah bekerja, mengelola dan memimpin sebuah perusahaan selama 40 tahun. Ia memiliki reputasi yang baik sebagai sosok yang memang sangat peduli dengan orang-orang di sekitarnya.

Pria tersebut mendukung penelitian terhadap Leukimia dan Lymphoma dan telah menyumbangkan jutaan dolar untuk hal tersebut dengan mengikuti berbagai lomba golf. Sejak pensiun pada tahun 1994, pria ini menikmati masa hidupnya dengan menghabiskan waktu bersama keluarga serta kucing-kucingnya.

Wah, tak heran sih ya kalau kucing kesayangannya menjadi ahli waris. Namun Sheppard bukan satu-satunya yang pernah mendedikasikan hartanya untuk hewan peliharaan. Jutawan Leona Helmsley juga pernah meninggalkan $ 12 juta atau sekitar 120 miliar rupiah untuk anjing kesayangannya.

-www.vemale.com

Ladies, Para Polwan Kini Sudah Boleh Memakai Jilbab Lho

Waahh, keren dan mantaabbb, baca link ini :



Vemale.com - Wanita adalah sosok yang istimewa. Dia bisa memakai banyak gaya busana yang bisa membuat penampilannya menjadi sangat menawan. Di Indonesia sendiri, banyak wanita yang memakai jilbab sebagai salah satu komitmen sebagai wanita muslim. Saat ini, jilbab juga hadir dalam berbagai model sehingga lebih menarik dan tidak monoton.
Seorang wanita yang memilih untuk mengenakan jilbab berarti akan bersedia menutup aurat tubuhnya dengan pakaian sopan dan sesuai ketentuan. Saat ini ada berita yang cukup menggembirakan bagi para wanita berjilbab yang bekerja di Kepolisian. Ada peraturan baru yang menyebutkan bahwa waat ini mereka sudah dibolehkan memakai jilbab saat bertugas.
Instruksi ini langsung datang dari Bapak Kapolri, Jendral Polisi Sutraman dan mulai berlaku pada hari Jum'at (22/11). Tentu saja hal ini disambut baik oleh para polwan (polisi wanita) yang berjilbab. Mereka bisa bekerja dengan tenang tanpa merasa canggung karena sudah bisa memakai jilbab. "Meski saat bertugas, saya tidak merasa risih atau canggung, apalagi zaman sekarang model jilbab sudah sangat fleksibel," kata anggota Satlantas Polrestabes Surabaya Briptu Ulfa Dewi saat ditanya mengenai hal ini seperti yang dilansir oleh Merdeka.com (22/11).
Memang saat ini jilbab sudah hadir dengan berbagai model dan bentuk yang cantik. Jilbab juga banyak dikreasikan sehingga para wanita yang berjilbab tidak akan takut lagi untuk tampil fashionable dan trendi. Namun, untuk sementara waktu jilbab yang dipakai oleh para polwan ini masih swadaya dari masing-masing individu.
Selanjutnya Polrestabes Surabaya akan segera menindaklanjuti hal ini dengan memberikan fasilitas yang seharusnya. Jadi jangan heran ketika Anda melihat beberapa polwan cantik kini bisa tampil lebih cantik dengan memakai jilbabnya. Bagaimana menurut Anda ladies?

-www.vemale.com-

Senin, 09 September 2013

Bertemu Cinta Ditempat Kerja




Orang bilang cinta itu bisa datang kapan saja ya? Mungkin sih. Termasuk dikantor juga. Siapa yang bisa menghalangi kan? Namanya juga cinta. Lagian kan itu hak siapa saja. Saya punya beberapa teman yang bertemu pasangan terkasihnya di kantor. Jadi selain gaji dan insentif, mereka mendapatkan bonus yang tidak ternilai dari pekerjaannya. Seneeeng deh melihat teman-teman yang berbahagia itu. Tuhan sudah mempertemukan pasangannya ditempat yang sama-sama mereka suka. Tapi, tidak semuanya begitu juga sih. Ada juga cerita cinta yang tidak berujung indah. Bahkan, diantaranya menyisakan luka yang mungkin tidak akan pernah sembuh selamanya. Seandainya Anda, atau teman Anda yang sekarang tengah menjalani hubungan cinta dengan teman sekantor, bagaimana?
 
Seperti hubungan yang lainnya. Hubungan cinta juga punya peluang untuk langgeng atau berhenti ditengah jalan. Makanya, penting untuk mempersiapkan diri jika hal-hal yang buruk terjadi. Toh tidak ada yang menjamin jika percintaan kita akan terus berlanjut, bukan? Ketika sedang indah-indahnya, cinta bisa membuat kita bekerja lebih baik. Tapi disaat badai menerpa hubungan itu? Hmmh, orang timur seperti kita bukanlah tipe yang bisa dengan mudah melupakan rasa sakit hati. Memang sih, ada juga yang bisa ‘putus’  baik-baik, dan setelah putus pun hubungannya tetap baik. Tetapi, hanya sedikit sekali yang begitu. Kebanyakan pasangan yang putus cinta, tidak pernah bisa memulihkan hubungan mereka sebagai teman biasa.  
 
Jadi nggak boleh nih romansa di kantor? Boleh. Banyak juga kok pasangan yang dipertemukan Tuhan di tempat kerja dan berhasil membangun bahtera rumahtangga. Mereka menganggapnya sebagai hadiah terindah selama bekerja. Asyik banget kan? Tetapi, kita perlu berhati-hati dengan ekses yang mungkin terjadi supaya tidak berbalik menjadi sakit hati yang menghancurkan karir kita. Dengan menyesal saya mengatakan bahwa ada banyak pasangan yang kandas percintaannya di kantor, kemudian karirnya pun ikut hancur. Ini tidak perlu terjadi jika kita sudah siap menghadapi kemungkinan bahwa hubungan itu mungkin tidak bisa diteruskan. Kalau soal kantor, prioritas pertama kita adalah karir kan? Jadi, kita mesti memastikan bahwa masa depan karir kita tetap akan bagus tanpa tergantung pada masa depan hubungan itu.
 
Jadi gimana dong caranya? Kita bikin sederhana saja ya. Pertama, Jalinlah hubungan yang wajar. Maksud eloh? Perhatikan pasangan Anda. Jika dia sudah beristri atau bersuami, maka dia bukan calon yang tepat buat Anda. Dikantor-kantor, banyak sekali hubungan percintaan seperti ini. Dan endingnya, hampir pasti selalu bermasalah. Sekalipun penganut poligami? Ya. Sekalipun Anda penganut poligami. Kenapa? Karena jika benar Anda penganut poligami, maka Anda tidak akan pacaran. Anda akan langsung nikah. Jika Anda dan pasangan Anda pacaran, maka prinsip poligami yang Anda anut itu perlu dipertanyakan. Mungkin, Anda tidak benar-benar paham arti poligami itu sendiri.
 
Jika Anda pihak perempuannya, dan sedang menjalin hubungan dengan penganut poligami seperti yang diatas itu maka ketahuilah bahwa; belum tentu dia benar-benar menginginkan Anda untuk mencintai Anda. Kalau Anda yang maksa, boleh nggak? Boleh saja. Tapi saran saya, Anda berkenalan deh dengan istrinya. Lalu terbukalah dengan rencana pernikahan Anda. Jika istrinya oke dengan Anda, mungkin Anda akan menjadi keluarga besar yang rukun dan bahagia. Jika tidak, sebaiknya Anda pertimbangkan kembali hubungan itu. Toh kalau nanti Anda sudah menikah dengannya, Anda tidak ingin orang itu menjalin hubungan dengan yang lain sambil mencampakkan diri Anda bukan?
 
Bagaimana seandainya yang sudah menikah itu pihak perempuannya? Kalau soal ini sih, saya to the point saja; hentikan deh hubungan itu. Selain tidak menganut prinsip poliandri, kita juga paham kok kalau hubungan antara seorang lelaki dengan perempuan yang sudah menikah itu tidak lebih dari sekedar nafsu belaka. Itu bukan cinta ya ibu-ibu. Meskipun dia bilang cinta mati? Ya. Meskipun dia bilang cinta mati pada Anda. Jika dia tahu Anda sudah bersuami dan dia masih mengejar-ngejar Anda; maka dia sama sekali tidak mencintai Anda. Karena seorang lelaki yang sungguh-sungguh mencintai Anda, tidak akan pernah tega merusak ikatan perkawinan kekasih sejatinya. Cepetan akhiri hubungan Anda deh. Nggak ada cinta tulus seperti itu.
 
Kedua, persiapkanlah rencana tindakan Anda jika sudah menikah. Banyak perusahaan yang memberlakukan aturan jika suami istri tidak boleh bekerja di perusahaan yang sama. Maka jika Anda menjalin hubungan romansa dengan teman sekerja, penting tuch mempersiapkan karir Anda berdua. Supaya tidak ada penyesalan dibelakang hari. Jika perusahaan Anda tidak memperkenankan suami istri bekerja disana, maka salah satu harus mengalah kan? Apalagi jika karir Anda berdua sedang cemerlang-cemerlangnya. Kalau soal mengalah ini sudah selesai, selanjutnya soal karir berikutnya dari orang yang mengalah itu bagaimana? Tindakan selanjutnya apa, dan seterusnya. Semakin baik perencanaan yang Anda buat; semakin minim juga resikonya. Dan semakin besar peluang keberhasilannya.
 
Ketiga, Bersikaplah professional. Gampang untuk diucapkan. Tapi tidak mudah untuk dilakukan. Setidaknya itulah yang sering kita lihat dari pasangan yang menjalin cinta dengan rekan kerja. Ingatlah bahwa cinta itu merupakan urusan pribadi Anda. Jadi, alangkah baiknya jika Anda tetap menjaganya di ruang-ruang privat. Kantor, adalah ruang yang dimiliki oleh semua orang disana. Dan kantor, diperuntukkan bagi penyelesaian pekerjaan. Salah satu alasan mengapa banyak perusahaan yang tidak mengijinkan suami dan istri bekerja dikantor yang sama adalah karena banyak fakta yang menunjukkan bahwa kita tidak selalu bisa memisahkan antara urusan kantor dan urusan rumah tangga. Maka, bisakah Anda bersikap professional selama menjalani hubungan itu? Mesti bisa.
 
Kalau boleh saya pesankan hal terakhir, ijinkan saya mengatakan ini; Jika Anda sudah menemukan pasangan yang tepat ditempat kerja, maka rajin-rajinlah menyapa Tuhan. Lalu bisikkan dengan syahdu; “Tuhan, berikanlah kepadaku tanda jika dia adalah pasangan hidup yang Engkau pilihkan untukku…“ Sering-sering deh merajuk begitu kepada Tuhanmu. Kita kan kepengen hubungan yang langgeng. Lalu dengarkan isyaratNya. Kalau lebih banyak isyarat ‘bukan’-nya, maka beranikanlah diri untuk segera mengakhirinya. Nggak ada gunanya dilanjutkan. Mendingan tetap membuat status diri Anda ‘available’ kan? Supaya cinta yang sesungguhnya tidak terhalang ketika dia datang.
 
Dan, kalau lebih banyak isyarat ‘iya’-nya, maka jangan lama-lama deh pacarannya.. Kalau sudah bekerja, artinya Anda sudah dewasa. Dan sudah punya bekal yang cukup untuk berkeluarga. Nggak usah lagi terlalu banyak pertimbangan. Soal rezeki mah, bisa dicari sama-sama. Soal anak, bisa dibicarakan dan dibuat kesepakatan. Soal restu orang tua? Bisa diperjuangkan. Segera resmikan saja dengan sebuah pernikahan yang indah Supaya kita mendapatkan keluarga yang sakinah. Mawaddah. Warohmah. Insya Allah.

~ Dadang Kadarusman ~

Selasa, 03 September 2013

5 Sifat Wanita Yang Membuat Pria Terpesona



Vemale.com - Dunia wanita penuh warna dan kejutan. Ada banyak sekali karakter wanita, ada yang tomboi, ada yang feminin. Ada yang perhatian, ada yang cuek, dan masih banyaaaak sifat lainnya.
Dari semua hal yang sering dilakukan wanita, ada beberapa yang dikagumi pria secara diam-diam. Apa saja ya? Apakah Anda punya keunikan ini? Yuk simak.

1. Saat Anda Menikmati Zona Pria
Wanita biasanya tidak akrab dengan dunia pria. Kita sering tidak mengerti mengapa pria bisa berlama-lama main game atau nonton pertandingan sepak bola. Saat ada wanita yang nyaman masuk ke dunia pria, pria akan terkagum-kagum. Bagi para pria, wanita seperti ini langka dan membuat mereka lebih nyaman.

2. Saat Anda Merencanakan Hingga Detil
Pria adalah makhluk yang simpel. Jika pergi, lihat saja barangnya, hanya satu tas kecil . Sedangkan wanita.. pasti bawa banyak barang. Inilah yang kadang membuat pria heran sekaligus kagum. Apalagi jika rencana Anda atau pemikiran detil Anda benar-benar bermanfaat.

3. Saat Anda Mendukung Sang Pria
Setiap pria punya minat dan kesukaan yang berbeda-beda. Ketika Anda membiarkan mereka menikmati hobi atau kesukaannya, maka itu adalah hal yang sangat indah bagi pria. Apalagi, jika Anda peduli dan mendukung apa yang dilakukan si pria. Dia akan lebih menghargai Anda dan senang atas perhatian Anda.

4. Saat Anda Membiarkan Pria Yang Mengejar
Pernah melihat situasi ini? Ada cowok terkenal di kampus atau kantor, banyak wanita suka padanya dan memberi perhatian lebih. Tapi si pria justru mengejar cewek pendiam yang tidak terlihat antusias pada sang pria. Kasus seperti ini sering terjadi, karena pria lebih tertantang untuk mengejar atau menaklukkan hati wanita.

5. Tidak Takut Tertawa dan Suka Bercanda
Wanita yang murah tawa dan tidak takut bercanda akan membuat pria tergila-gila, apalagi jika si wanita bisa membuat situasi garing jadi fun. Bagi pria, wanita cantik itu sangat banyak, tetapi wanita yang bisa diajak bercanda dan membuat situasi lebih hidup sangat sedikit. Karena itu wanita seperti ini banyak disukai pria. (vem/yel)

~ www.vemale.com ~

Jumat, 30 Agustus 2013

Kunci Tenteram Hati Saat Bekerja


Lah, mana bisa tenteram hati kalau kerja di kota besar seperti Jakarta. Justru orang bilang kalau kerja di Jakarta itu seteresss. Dijalanan macet. Dikantor sikt-sikutan. Pelanggan juga banyak maunya. Emangnya di kota lain selain Jakarta situasinya lebih baik gitu? Soal jarak tempuh kekantor lebih singkat sih iyya. Tapi soal lainnya, apakah lebih bisa membuat hati kita tenteram? Nggak juga. Kalau dipikir-pikir sih, yaa plus-minus ajalah. Ada kurangnya, dan ada pula lebihnya. Artinya, bobot tantangannya kira-kira sebandinglah. Terus bagaimana dong caranya untuk bisa tenteram hati?
 
Kalau jabatan tinggi, baru bisa tenteram. Begitu kata orang. Kalau gaji tinggi. Kalau sudah jadi boss. Kalau kerja diperusahaan besar. Dan kalau-kalau lainnya. Apa iyya begitu ya? Mungkin sih. Tetapi, mari perhatikan para pekerja yang sudah memenuhi kriteria-kriteria diatas. Apakah kita melihat mereka berhasil mendapatkan ketenteraman hati? Kita malah sering melihat direktur yang makin kusut wajahnya. Kita juga sering melihat orang bergaji gede merengut setiap kali tagihan kartu kredit datang kepadanya. Dan jangan salah loh. Yang suka ngemplang hutang ke bank kan bukan orang-orang kere. Jelas dong, kalau semua kriteria diatas bukan jaminan untuk meraih ketenteraman hati dalam pekerjaan. Makanya, daripada terbelenggu oleh pandangan keliru begitu mendingan Anda temani saya untuk belajar memahami dan menerapkan 5 prinsip NatIn (Natural Intelligence) berikut ini:
 
  1. Tulus ikhlas dalam menjalani pekerjaan ini. Sikap tulus ikhlas itu berkaitan dengan perasaan hati. Jika kita tulus, maka kita tidak akan pernah kecewa ketika berhadapan dengan situasi yang bertolak belakang dengan yang kita harapkan. Jika kita ikhlas, maka kita tidak akan mempermasalahkan respon pihak lain yang tidak sesuai dengan yang semestinya. Coba saja Anda perhatikan, bukankah hati kita merasa tenteram ketika tulus dalam melakukan sesuatu untuk orang lain? Jiwa kita tenang ketika ikhlas menerima keadaan? Maka jika ingin tenteram, tulus ikhlas merupakan prasyarat utamanya. Tuluslah. Dan ikhlaslah. Kita pun tenteram.
 
  1. Membaktikan diri kepada pekerjaan ini. Banyak orang yang keberadaannya dikantor tidak dihargai karena kinerjanya buruk. Jangan tanya berapa banyak manager diomeli oleh direktur. Atau direktur yang gemetaran ketika harus mempresentasikan kinerja perusahaan dihadapan para stake holder. Saya juga melihat cukup banyak orang yang bisa berdiri tegap dihadapan siapa saja. Karena, kinerjanya selalu bagus. Tentu kinerja bagus itu tidak didapat secara gratis. Melainkan melalui kesediaan untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Dan itu, hanya bisa dilakukan jika kita bersedia membaktikan diri pada pekerjaan ini. Kerja suka-suka mungkin tidak menguras tenaga. Tetapi, cara kerja begitu hanya menempatkan kita pada posisi yang tidak dianggap. Berdedikasi tinggi, mungkin melelahkan. Tapi itu memungkinkan kita meraih tempat terhormat. Hanya ketika tetap memiliki kehormatan itu jiwa kita tenteram, bukan?  
 
  1. Memberikan manfaat kepada teman sekerja. Memberi, memang itu kata kuncinya. Kesannya akan mengurangi apa yang kita miliki ya? Padahal tidak sama sekali. Soalnya, bukan uang yang Anda berikan. Melainkan manfaat. Jadi, bentuk pemberiannya bisa bermacam-macam kan. Misalnya, bantuan kecil untuk teman Anda. Atau, sekedar uluran tangan ketika seseorang sedang pusing dengan pekerjaannya. Atau, meringankan sedikit beban di pundak atasan Anda dengan bertanya; apa yang bisa saya bantu untuk mengerjakannya Pak? Nggak rugi Anda jika memberi manfaat kepada orang lain. Kenapa? Karena mereka yang merasakan manfaat keberadaan Anda akan menyukai Anda. Mencintai Anda. Dan menjaga Anda agar senantiasa berada bersama mereka. Bukankah senang hati Anda jika keberadaan Anda ‘diakui’ oleh lingkungan kerja? Makanya, banyak-banyaklah memberi manfaat kepada teman, kolega, atau atasan Anda.
 
  1. Mencukupkan apa yang kita dapatkan. Salah satu hal yang membuat hati kita gundah adalah ‘perasaan kurang’. Bukan ‘kurang’ ya, tapi ‘perasaan kurang’. Kenapa saya tegaskan ini? Karena, begitu banyak orang yang sudah punya banyak kelebihan dibandingkan dengan orang lain namun masih juga mengatakan kurang. Dan, banyak juga orang yang nilai kepemilikannya lebih sedikit dari orang lain namun dengan mantap mengatakan bahwa dirinya cukup. “Ya Alhamdulillah,” katanya dengan wajah cerah. Dan itu benar. Pendapatan kita, sebesar apapun tidak akan pernah cukup jika kita tidak mencukupkannya. Dan betapapun kecilnya pendapatan kita, akan bisa memenuhi kebutuhan kita jika kita mencukupkannya. Tengok saja orang yang selalu merasa kurang itu. Mengeluuuuh saja kerjanya. Padahal mereka sudah mendapat lebih banyak dari orang lain. Wajar juga sih. Karena hanya mereka yang bisa mencukupkan apa yang didapatkannya saja yang bisa memiliki jiwa yang tenang.
 
  1. Menjaga kejujuran dalam pekerjaan. Misalnya saja – misalnya nih ya – Anda melakukan tindakan tidak jujur atau melanggar integritas. Anda melakukannya secara terbuka atau sembunyi-sembunyi? Terbuka ya? Nggak mungkin. Anda pasti menyembunyikannya. Kenapa disembunyikan? Karena kita tidak ingin orang lain tahu. Kenapa tidak ingin orang lain tahu? Karena kita sadar bahwa itu tidak sepatutnya kita lakukan. Lha, kalau nanti sampai orang lain tahu gimana ya? Itulah yang terjadi. Maka akhirnya hidup kita selalu diliputi oleh perasaan was-was. Sebaliknya. Jika selalu menjaga diri dari tindakan-tindakan buruk; apa yang kita khawatirkan ya kan? Nyantai aja. Orang lain ditangkepin juga ya kita tetap tenang dong. Ya iyyalah. Kita nggak berbuat salah. Kenapa mesti gundah. Justru kita akan selalu tenteram, jika terus menjaga nilai-nilai kejujuran.
 
Apa sih yang lebih penting bagi Anda selain perasaan tenteram didalam hati? Nggak ada saya yakin. Banyak duit juga kalau nggak tenteram mah belum tentu Anda betah kan? Semuanya serba pas-pasan juga oke saja sih kalau jiwa kita tenteram. Karena hanya dengan jiwa tenteram itulah kita bisa menikmati hidup. Bukan hanya hidup didunia. Karena bagi orang-orang yang tenteram, ada jaminan bahwa diakhirat kelak mereka akan mendapatkan tempat terbaik. Sesuai dengan janji Ilahi dalam surah 89 (Al-Fajr) ayat 27-30 ini; “Wahai jiwa yang tenang,” Demikian Allah menyeru. “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rido dan diridoi. Maka masuklah engkau kedalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah engkau kedalam surga-Ku….” Bismillah deh. Untuk menerapkan ke-5 prinsip itu.
 
Catatan Kaki :
Ternyata ketenangan jiwa dalam pekerjaan tidak kita dapatkan dari tingginya jabatan atau besarnya pendapatan. Melainkan dari sikap positif yang berakar dari keyakinan bahwa Tuhan menyukai orang-orang yang menjaga dirinya agar tetap berada dalam kebaikan.
 
~ Dadang Kadarusman ~ 

Selasa, 20 Agustus 2013

Mencari Imbalan Yang Lebih Besar


Anda sudah dibayar tinggi apa belum? Sejauh yang saya tahu, jarang tuch orang yang mengaku kalau dirinya sudah dibayar tinggi. Sekalipun sudah mendapat income bulanan puluhan juta juga tetep aja masih bilang ‘mestinya dibayar lebih tinggi dari ini…’. Anda masih merasa begitu kan? Atau Anda sudah dibayar ratusan juta sebulan? Dan Anda masih merasa mesti dibayar lebih dari itu ya? Meskipun Anda senang dengan bayaran itu, kemungkinan besar; Anda masih berharap dibayar lebih tinggi lagi. Sayangnya, angka puluhan atau ratusan juta itu pun baru sebatas ‘ngimpi’. Kenyataannya ya kita masih empot-empotan begini kan. Lha, terus gimana dong caranya supaya kita bisa mendapatkan bayaran yang lebih baik dari sekarang?
Sebagai seorang professional, kita layak mendapatkan bayaran kok. Jadi, nggak usah ragu menetapkan angka layak bayar Anda. Jika Anda mengerjakan sesuatu untuk seseorang, Anda pantas mendapatkan imbalan dari orang itu kan? Misalnya saja Anda mengerjakan suatu pekerjaan untuk Mr. A. Maka Mr. A lah yang mesti membayar Anda, bukannya Mr. B. Jika Anda bekerja untuk perusahaan A, maka perusahaan A yang membayar Anda, bukan perusahaan B. Kan begitu. Masalahnya, kadang imbalan besar itu tidak ada di Mr A atau PT A. Melainkan di Mr. B atau di PT B. Padahal kita kepingin sekali untuk mendapatkan bayaran yang lebih tinggi kan? Tantangan; Bisakah Anda bekerja untuk A tapi dibayar tingginya justru oleh B tanpa harus keluar dari perusahaan A? Saya bilang bisa.  Anda meragukannya ya?
Begini prinsip dasarnya. Pertama-tama, Anda tentukan dulu siapakah yang bisa membayar Anda lebih banyak selain kantor atau boss tempat Anda bekerja saat ini. Ayo lakukan sekarang. Cari tahu, siapa yang bisa membayar Anda lebih banyak. Sudah? Ayo cepetan. Jangan lama-lama. Sudahlah sebut saja beberapa diantaranya. Boleh nama orang. Nama perusahaan atau apa saja. Tulis diatas kertas, ya. Please, tulis diatas kertas biar kita bisa fair ketika kunci jawabannya saya beritahukan nanti. Sudah? Oke, saya anggap sudah Anda lakukan. Setelah itu, Anda bekerja deh seperti biasanya ditempat Anda bekerja sekarang. Dan yakinlah bahwa orang atau seseorang atau sesuatu yang Anda anggap bisa membayar Anda lebih tinggi itu akan memberi Anda imbalan yang sangat tinggi untuk pekerjaan yang Anda lakukan itu. 
Saya menduga, Anda tidak begitu meyakini apa yang saya sarankan tadi. Benar kan? Ayo, mengaku sajalah. Saya tahu bahwa logika Anda mengatakan bahwa tidak mungkin kita bekerja untuk A dan dibayar oleh B. Anda tidak keliru. Memang begitu kok aturan mainnya. Tetapi, kebenaran yang Anda yakini itu tidak mutlak. Apa penyebab tidak mutlkanya? Itu loh, nama-nama orang atau perusahaan atau sesuatu yang Anda tulis dikertas tadi. Lihatlah siapa yang Anda tulis disitu? Ada nama-nama boss kaya yang Anda kira akan mau membayar Anda lebih banyak? Atau...ada nama perusahaan-perusahaan besar yang Anda kira mau menggaji Anda lebih tinggi? 
Terus, apakah semua nama yang Anda tulis itu pasti akan mau memberi Anda imbalan yang lebih tinggi dari yang sekarang Anda terima? Yakin nih Anda bakal bisa mendapatkan perhatian dari orang-orang itu seperti yang Anda inginkan? 
Sekarang, saya bertanya; Apakah Anda menuliskan TUHAN, dikertas jawaban Anda atau tidak?  Sahabatku. Jika diatas kertas jawaban Anda itu tidak tertulis nama Tuhan, maka saya berani mengatakan bahwa keinginan Anda untuk mendapatkan imbalan yang lebih tinggi itu hanyalah angan-angan kosong belaka. Tahu kenapa? Karena tidak ada boss yang mau menghambur-hamburkan uangnya untuk menggaji Anda lebih tinggi. Dan tidak ada perusahaan yang mau menjebolkan budget ekspensesnya untuk membayar Anda berkali-kali lipat. Hanya Tuhan sabahatku, yang mau membayar 10 kali lipat dari semua yang Anda kerjakan. Bahkan jika Anda benar-benar tulus melakukannya, DIA balas 700 kali lipat. Bahkan dia lipat gandakan lagi, jika Anda bisa menyenangkanNya.
Anda boleh merengek pada atasan. Boleh protes kepada perusahaan. Atau boleh jual mahal pada head hunter. Tetapi percayalah bahwa; Anda tidak akan bisa mendapatkan tempat kerja yang mau membayar sedemikian banyaknya seperti yang Tuhan tawarkan kepada orang-orang yang berbisnis denganNya. 
“Tapi, kenapa dong selama ini Tuhan membiarkan gue begini-begini aja? Kalau Tuhan memang mau kasih gue lebih banyak, kenapa sampai sekarang gue masih dapat sedikit?!” mungkin ada bisik begini dihati kecil kita. Tak apa sih. Yang penting kita paham apa sebabnya sekarang. Anda sudah paham? Jika belum, maka camkanlah ini;”Tuhan tidak memberi lebih banyak pada kita karena kita tidak meniatkan pekerjaan ini untuk DIA”. Jika niat Anda bekerja bukan untuk TUHAN, kenapa Anda mesti berharap Tuhan kasih tambahan imbalan? 
“Iyya, tapi kan kita kerja mengharapkan professional fee dong!” Anda boleh protes begitu. Sah-sah saja juga loh. Silakan. Tetapi ingatlah bahwa; pekerjaan yang kita lakukan itu tidak berhenti ketika kita selesai melakukannya. Hasil kerja kita, mungkin akan dipakai oleh orang lain. Mungkin akan dinikmati oleh orang lain. Mungkin akan sampai ke tangan end-user yang kita tidak akan pernah tahu siapa, dimana dan berapa banyak. Padahal, boleh jadi end-user itu mendapatkan manfaat dari hasil kerja kita. Benar, end-user itu membayar kepada perusahaan tempat kita bekerja. Tapi, manfaat dari benda atau produk atau jasa yang kita buat itu dirasakan puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan orang yang tidak kita kenal. Dan karena mereka merasakan manfaat hasil kerja kita, maka hidup mereka menjadi lebih baik. Katika hidup mereka lebih baik, mereka lebih dekat dengan Tuhan mereka. Dan mereka berterimakasih, bersyukur, bersujud kepada Tuhannya.
Inilah moment ketika itulah Tuhan meneruskan ucapan terimakasih itu kepada orang yang paling berjasa kepada jutaan orang yang bersyukur itu. Dan orang yang berjasa itu adalah Anda. Ingatlah bahwa Tuhan tidak butuh apa-apa dari hamba-hambanya. Maka rasa syukur itu, Tuhan teruskan kepada Anda. Karena Tuhan Yang Maha Tahu paham benar, bahwa Anda bekerja atas nama DIA. Sehingga Tuhan senang untuk memberikan imbalan atas hasil kerja Anda yang menjadikan jutaan orang bersyukur kepadaNya. Begitulah cara kerjanya sahabatku. Maukah Anda mendapatkan imbalan dari Tuhan seperti itu? Tentu. Tapi bagaimana caranya? Sederhana. Perhatikan langkah-langkah yang akan saya jelaskan pada Anda berikut ini.
Pagi ini sebelum Anda mulai bekerja, berhentilah sejenak. Lalu, tariklah nafas panjang dengan tenang. Pejamkan mata dan tundukkan kepala. Lantas, memohonlah kepada Sang Maha Kuasa agar DIA membantu Anda untuk mendapatkan hasil kerja yang terbaik.
Aminkan dengan sepenuh harapan. Kemudian bukalah mata Anda. Tataplah seisi ruang kerja Anda. Meja serta alat-alat kerja yang ada disana. Lalu katakanlah kepada diri Anda sendiri; "Saya meniatkan untuk menjadikan segala sesuatu yang saya lakukan hari ini sebagai persembahan kepada Tuhan."
Ulangi kalimat itu beberapa kali hingga hati Anda meresapinya. Lalu tutuplah dengan kalimat ini:"Dan saya merelakan Tuhan yang menentukan imbalannya."
Insya Allah, hari ini Anda akan bekerja dengan sangat baik. Dan Anda, tidak lagi berkecil hati dengan apa yang selama ini Anda dapatkan. Karena sahabatku, Tuhan itu adalah sebaik-baiknya pemberi imbalan.
Jadi jika Anda ingin mendapatkan hasil yang lebih baik, maka tunjukkanlah kepada Sang Maha Baik itu bahwa; kita, adalah sebaik-baiknya pekerja. Agar DIA mencukupkan imbalannya atas segala sesuatu yang kita kerjakan. Hanya dengan cara itu sahabatku, kita bisa mendapatkan imbalan yang lebih besar. Yaitu imbalan yang Tuhan sediakan khususon, bagi orang-orang yang mempersembahkan setiap tindakannya dalam pekerjaan untuk DIA. Mau mulainya sekarang juga? Insya Allah. Walhamdulillah.
~ Dadang Kadarusman ~

Rabu, 14 Agustus 2013

Tanpa Takut Para Wanita Ini Meniti Tali di Ketinggian 3300 Kaki


Vemale.com - Menggemari olahraga atau hobi yang unik memang memiliki tantangan tersendiri. Selain menantang adrenalin, hobi yang unik membuat penggemarnya merasakan sensasi yang berbeda. Salah satu aktivitas outdoor ini membuat yang melihatnya berdebar adalah slackline. Apa itu slackline? slackline adalah aktivitas meniti sebuah tali yang terbentang di antara dua tebing yang tinggi. Wah mendengar deskripsinya saja sudah bikin deg-degan, apalagi melihat aksinya ya!

Slackliners profesional, Emily Sukiennick dan Hayley Ashburn melakukan slackline di tebing tinggi dengan ketinggian yang bisa membuat Anda kaget luar biasa, 3300 kaki ladies! Emily dan Hayley membentangkan tali panjang di antara dua tebing yang berada di Yosemite National Park. Tanpa perlindungan tubuh ekstra, mereka mulai meniti tali ini dan melakukan beberapa gerakan akrobatik lho!

"Saya tidak merasa takut karena sudah banyak berlatih sebelumnya. Justru saya yakin saya bisa melakukan slackline di ketinggian ini" ucap Hayley. Menggunakan baju khusus untuk slackline, Hayley dan Emily membuat yang melihat takut sekaligus kagum. Dua orang wanita ini berhasil melakukan slackline setinggi itu, tanpa bantuan alat khusus sedikitpun!

Anda penasaran dengan aksi slackline Hayley dan Emily? Intip foto mereka ini ladies. Ingat, bila tidak profesional, outdoor activity ini berbahaya lho! Bila Anda ingin mencoba, pastikan Anda memiliki kemampuan seperti mereka ya!












~ www.vemale.com ~

 

Cantiknya Pizza Lezat Yang Bernilai Seni Tinggi


Vemale.com - Sebagian orang menikmati pizza sebagai makanan berat yang mengenyangkan dan ada juga yang menikmati makanan cepat saji yang satu ini sebagai camilan. Apalagi kalau sedang berkumpul dan saling bercerita antara sesama wanita pasti lupa waktu dan bisa menghabiskan satu porsi penuh pizza.

Variasi toping pizza yang bisa disesuaikan dengan pilihan inilah yang juga menjadi keunggulan pizza. Ternyata ada lagi keunggulan pizza yang yang bisa Anda coba loh ladies! Coba pizza bercita rasa tinggi yang diproduksi oleh Pizza Express di Inggris. Selain rasa yang enak, pilihan toping dari Pizza Express juga merupakan replika dari lukisan-lukisan seniman ternama dunia. Ada lukisan Van Gogh, Claude Monet, Andy Warhol, dan Munch and Lichtenstein.



Kalau lukisan yang asli disimpan di museum, lukisan yang berbentuk toping ini sudah jelas bisa kita nikmati di atas pizza lezat yang bisa kita pesan dari Pizza Express. Seperti yang dilansir dari metro.co.uk, pizza unik ini dibuat memang untuk merayakan datangnya musim panas dan sekaligus juga sebagai bagian dari koleksi rangkaian rasa "Love Your Summer" dari restoran ini.

Satu pizza membutuhkan 30 jam untuk membuatnya, wow! Waktu yang cukup lama kalau mengingat seberapa cepat kita bisa menghabiskan satu loyang besar pizza biasa. Selain bertujuan untuk membuat orang bergembira saat datangnya musim panas di Inggris, sepertinya lukisan ini juga membuat bahagia para pecinta seni yang bisa membeli dan memakan karya seni favorit mereka.

~ www.vemale.com ~

Office, I Am Back!



“Jalanan mulai macet lagi, Bro!” begitulah pemandangan yang bisa kita lihat setelah libur lebaran kemarin. Wajarlah. Soalnya, orang kantoran yang cuti sudah pada kembali bekerja lagi kan. Emmh… maksud saya, sudah kembali lagi ke kantor. Emangnya, ‘kembali bekerja’ dengan ‘kembali ke kantor’ itu beda ya? Beda banget. Soalnya, berada di kantor tidak selalu berarti bekerja kan? Secara fisik sih emang kita sudah berada di kantor lagi. Tapi, mungkin saja mental kita masih tertinggal di tempat liburan. Kalau baru masuk ke kantor lagi setelah berhari-hari liburan, apakah Anda bisa langsung ‘on’ untuk bekerja? Dijamin tidak akan begitu, jika tidak memiliki rasa rindu kepada pekerjaan.
 
Dimasa liburan lebaran ini, saya ikut larut bersama para professional lainnya yang mengambil jatah cuti tambahan. Total, saya menghabiskan 8 hari penuh. Sama sekali tidak menyentuh komputer. Padahal, itulah alat kerja utama saya. Memang sengaja, dan sudah diniatkan untuk begitu. Selama rentang waktu itu, kegiatan apa saja boleh dilakukan. Makan, tidur, nonton, jalan-jalan, pelesiran, berperahu; apa saja deh kecuali hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Namanya masa liburan, ya liburan saja. Dan pastinya, semua kegiatan itu mengandung konsekuensi yang tidak bisa dihindari, yaitu; melambungnya pengeluaran.
 
Nggak apa-apa lah. Kan cuman sekali dalam setahun. Soal tabungan yang terkuras, bisa diisi lagi. Lagian juga kan nggak sepenuhnya kita mengandalkan tabungan itu toh? Kita lebih banyak mengandalkan THR dari kantor. Nah, itu dia. Ketemu deh kata kuncinya; ‘THR dari kantor’. Selain karena sayang banget kalau menguras isi tabungan, kita juga kan jarang bisa menabung. Penghasilan bulanan cuman sebatas ‘terima-kasih’ gitu loh. ‘Terima’ pagi, eh siangnya sudah harus kita ‘kasih’ kesana sini.

Kebayang nggak, jika untuk menjalani liburan hari raya macam ini Anda tidak mendapatkan THR? Yaa minimal, liburan Anda kan tidak bisa dilakukan seperti sekarang ini. Makanya, Alhamdulillah banget kita bisa dapat THR. Nggak cuman kepada Allah sih sebenarnya rasa terimakasih itu. Melainkan juga kepada kantor. Benar, rezeki itu Tuhan yang mengatur. Tetapi kantor kita itu, menjadi jalan mengalirnya. Kalau kantor kita tidak memberikan THR, Tuhan tetap akan memberi kita rezeki. Tetapi, jumlahnya mungkin tidak sama dengan bayaran satu kali gajian kan?
 
Pertanyaannya adalah; kenapa kantor kita bisa memberikan THR? Intinya kira-kira begini; karena kantor memiliki kemampuan finansial yang memadai. Lantas, darimana datangnya kemampuan kantor itu? Dari kinerja dan pencapaian yang bisa diraih oleh perusahaan? Lalu, bagaimana perusahaan bisa meraih pencapaian itu? Dari hasil kerja para karyawannya. Sekarang, coba bayangkan seandainya karyawan di perusahaan itu tidak bisa membantu perusahaan untuk untung. Bisa perusahaan memberi kita THR lagi tahun depan? Nggak bakalan.
 
Inilah pertanyaan yang membuat saya bisa menikmati setiap rupiah yang digunakan untuk menikmati liburan lebaran. Rupiah, yang disediakan oleh kantor untuk kita nikmati. Lezaaat rasanya. Dan inilah juga pertanyaan kontemplatif yang membuat kita selalu rindu kepada pekerjaan kita. Sehingga setelah menjalani masa liburan itu kita bisa langsung bekerja lagi dengan lebih baik. Karena kita sadar, bahwa melalui pekerjaan itulah rezeki yang Tuhan berikan kepada kita itu mengalir. Memang Tuhanlah pada hekekatnya yang memberi rezeki itu. Tetapi, pekerjaan kita itulah yang menjadi jalannya.
 
Kita baru bicara soal THR untuk menjalani ‘gaya hidup ekstra’ dihari-hari khusus seperti itu. Kita belum bicara soal menjalani gaya hidup sehari-hari diluar hari raya. Hari raya mah, cuman sekali dalam setahun kan. Sedangkan kehidupan kita berjalan terus hari demi hari lainnya. Ini yang jarang kita pahami selama ini. Sudah terlampau biasa, sehingga kita tidak selalu sadar jika semuanya itu merupakan anugerah. Padahal, kehidupan kita sehari-hari itu mungkin jauh lebih kritikal dibandingkan dengan sekedar perayaan hari-hari khusus itu. Kita lebih butuh untuk bisa menjalani hari-hari lainnya dengan sejahtera, kan? Lantas, bagaimana menutupi biaya hari-hari biasa kita itu? Dengan gaji yang kita dapatkan setiap bulanlah. Dari kantor kita juga kan?
 
Maka pertanyaan tadi itu berubah redaksi menjadi begini; kenapa kantor kita memberikan gaji bulanan? Intinya kira-kira begini; karena kita bekerja untuk kantor. Lantas, apa dampaknya pekerjaan kita buat perusahaan? Dengan pekerjaan itu, kita berkontribusi kepada pendapatan perusahaan. Lalu, bagaimana seandainya pekerjaan kita dilakukan asal-asalan saja? Kontribusi kita tidak akan optimal. Kalau kotribusi kita tidak optimal, apakah kantor boleh membayar gaji kita tidak penuh setiap bulan? Hmmmh…. ya… bayaran sih nggak boleh dikurangin dong. Pertanyaan terakhir; Jika demikian, bukankah sepatutnya kita berkontribusi secara optimal kepada perusahaan?
 
Pertanyaan-pertanyaan itu terlalu ribet untuk direnungkan. Khususnya oleh orang-orang fragmatis seperti kita ini. Yang gampang buat kita adalah begini saja: Hubungan kita dengan kantor itu adalah simbiosis mutualistik. Artinya, hubungan yang dibangun atas dasar saling membutuhkan. Kita butuh pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan bulanan. Dan kantor, membutuhkan karyawan untuk menghasilkan pendapatan perusahaan”. Seperti halnya kita yang ingin dibayar penuh oleh kantor, maka kantor kita pun ingin agar kita berkontribusi penuh kepadanya. Kita tidak ingin perusahaan mengurangi bayaran kita. Dan perusahaan pun, tidak ingin kita mengurangi kontribusi kita.
 
Perhatikanlah sahabatku, betapa perusahaan tempat kita bekerja itu merupakan ladang nafkah dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarga kita. Pantasnya kan kita menjaganya agar bisa terus bertumbuh dan berkembang. Bisa terus maju. Bisa lebih kompetitif. Bisa semakin sehat. Dan bisa semakin besar. Supaya kita, bisa mendapatkan lebih banyak nafkah lagi dari ladang itu. Memangnya siapa lagi yang bisa membuat perusahaan ini semakin bagus jika bukan kita-kita juga? Jika kita bisa menjaga perusahaan ini dengan sebaik-baiknya, maka minimal kita mempunyai ladang nafkah yang lestari. Lestari karena perusahaan ini bisa berumur panjang. Dan lestari karena sikap dan perilaku kita elok.
 
Mumpung momentnya lagi tepat nih. Kita baru menjalani liburan, dan untuk liburan itu kita mendapatkan tunjangan dari perusahaan. Ayo perbaharui lagi komitmen kita kepada pekerjaan, dan perkokoh lagi sifat amanah kita terhadap tugas dan tanggungjawab yang kita emban. Supaya, kita bisa bertumbuh dan berkembang bersama lahan nafkah ini. Harapannya, jika lahan nafkah kita ini semakin maju; kesempatan buat kita juga semakin banyak. Sehingga penghasilan kita dimasa mendatang juga makin besar. Dan tarap hidup keluarga kita, semakin membaik.
 
Namun sahabatku, lahan nafkah ini hanya akan bisa semakin membaik jika kita bersedia untuk bekerja dengan cara, dengan semangat, dan perilaku, serta dedikasi yang lebih baik. Maka kalau hari ini Anda sudah kembali ke kantor, semoga bukan hanya fisiknya saja. Melainkan mentalnya juga. Sehingga kita siap untuk kembali bekerja dengan lebih baik dari sebelumnya. Dan kita, boleh mengatakan; Office, I am back!
 
Jika sadar bahwa pekerjaan ini merupakan jalan buat mengalirnya rezeki dari Tuhan, maka kita tidak akan tega membiarkannya merana. Kita, akan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Karena jalan nafkah yang baik, bisa mengalirkan rezeki yang lebih baik dan lebih banyak.
 
~ Dadang Kadarusman ~

Senin, 29 Juli 2013

5 Rumah Hemat Bergaya Modern Ala Jepang


Vemale.com - Impian memiliki rumah sendiri saat berkeluarga adalah mimpi setiap pasangan. Memilih ukuran rumah, tipe dan model apa nantinya rumah yang akan ditempati kadang sudah membuat pusing. Belum lagi kita sebagai wanita pasti menginginkan rumah yang berisi perlengkapan yang akan menunjang semua kebutuhan rumah tangga. Masalah belum selesai dengan itu saja, kita juga harus memikirkan di mana rumah baru akan di bangun dan sudah siapkah dana untuk membangunnya.
Kalau ternyata rumah yang kita ingin menghabiskan dana lebih dari yang disiapkan, haruskah kita mundur untuk membatalkan rencana bahagia itu? Tenang ladies, memiliki rumah impian tidak perlu luas, harga pas di kantong bisa kita sikapi dengan membangun rumah yang minimalis tapi tetap dengan fasilitas yang lengkap.
Beberapa model rumah unik minimalis bergaya modern ala Jepang ini mungkin bisa menjadi inspirasi rumah baru Anda. Tak ada lahan yang terbuang percuma, rapi, lengkap dan yang pasti mini. Menghemat biaya juga sudah pasti.



Rumah persegi panjang ini terlihat biasa dari luar tapi menakjubkan di dalam. Siapa sangka rumah ini memiliki garasi, meja makan, kamar dan juga ruang keluarga. Tertarik model rumah yang satu ini? Tak perlu bingung lahan ataupun lokasi yang luas untuk membangunnya, cukup dengan sebidang tanah dan juga kreativitas tinggi untuk membuat rumah ini. 


Rumah hemat yang satu ini berbentuk layaknya roti lapis yang padat. Bahkan agak berbentuk segitiga yang aneh, uniknya lagi rumah ini berada di pinggiran jalan. Terdiri dari 3 tingkat, lantai satu yang memang minim jendela ini bisa kita pilih menjadi kamar tidur.

Rumah yang dirancang oleh Ryue Nishizawa ini ingin memberikan angin segar dengan membawa nuansa hijau di antara padat dan mahalnya harga tanah di Jepang sana. Ingin membuat rumah yang memiliki taman seindah the garden house? di antara ruangan coba beri bunga atau tanaman dalam ruangan. Pasti akan membawa angin segar pada rumah anda.






Rumah paling minimalis yang bisa kita temui di Jepang adalah rumah buatan Jo Nagasaka and Toshiharu Ono. Mereka memang bertujuan untuk membuat rumah yang cocok untuk segala bentuk lahan dan bentuk lokasi rumah akan didirikan. Selain karena minimalis sederhana rumah mini juga memberi kita pemandangan dari sudut yang berbeda.


Akan cukup mengejutkan kalau Anda berkunjung ke rumah satu ini, dari luar begitu biasa saja tapi di dalamnya kombinasi antara minimalis dan taman yang segar. Walau super kecil tapi membuat seluruh rumah memiliki cela dan sisa yang bisa dimanfaatkan. Mencoba trik terlihat luas dari rumah ini bisa membuat rumah kita lebih segar.

- www.vemale.com -

Minggu, 28 Juli 2013

Galau Itu Pertanda Bagus



Lah, galau kok dibilang pertanda bagus? Memang iyya. Soalnya, ketika mengalami galau sebenarnya kita menginginkan sebuah perubahan kan? Galau itu menunjukkan bahwa kita tidak nyaman dengan kondisi saat ini, dan menginginkan sesuatu yang lebih baik dari ini kan? Semua Nabi suci yang diutus Allah – sejauh yang saya pahami melalui kisah-kisahnya dari para guru dan kitab suci – menapaki seluruh perjalanan panjang kenabian mereka dengan kegelisahan didalam hati. Sama seperti kita. Bedanya, jika kita gelisah soal penghasilan, soal kenaikan jabatan, soal beratnya pengeluaran, atau pun soal sulitnya mencicil hutang-hutang; kalau pada Nabi itu gelisah oleh panggilan hati nuraninya yang menginginkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kita bukan nabi. Tapi, ada beberapa hal yang bisa kita tiru dan terapkan. Apa itu?
 
Pas di bagian ‘menjadi pribadi yang lebih baik’-nya itu yang bisa kita contoh. Saya tidak punya kepentingan untuk mempertanyakan keyakinan dan agama Anda. Sudah sajalah, itu hak pribadi masing-masing. Tetapi selama Anda meyakini Tuhan yang sama, pasti ajaran sebenarnya yang datang dari Tuhan kita semua itu sama kan? Dan soal nabi-nabi pun ceritanya kira-kira sama. Nabi yang Anda imani, mungkin juga adalah Nabi yang tertera dalam daftar para Nabi yang saya imani. Jadi, meskipun agama kita mungkin beda; selama kita masing-masing berani meneladani nabi-nabi yang kita imani; maka kita pasti bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.
 
Betapa tidak. Semua Nabi. Dari yang paling miskin selama menjalani hidupnya hingga yang paling kaya adalah pribadi-pribadi mulia yang senantiasa gelisah untuk terus memperbaiki dirinya sendiri. Mereka, senantiasa bertanya kepada Ilahi tentang itu dan ini. Hingga tidak bosan-bosannya malaikat berbolak-balik turun naik antara langit dan bumi untuk menyampaikan jawaban yang Tuhan berikan atas setiap pertaanyaan suci yang dilantunkannya dalam dzikir-dzikir mereka yang nyaris tiada henti. Maka wajar, jika para Nabi yang kita imani itu meskipun sudah menjadi pribadi mulia, tapi teruuuuus saja mencari hikmah atas setiap kejadian yang ada disekelilingnya.
 
Mereka sedemikian pekanya dengan apa yang ada disekitarnya. Mereka berpikir dan terus berdzikir. Menemukan makna dalam setiap peristiwa yang ada. Kitab suci menyebut mereka sebagai ulil albab. Sebutan untuk orang-orang yang tidak melewatkan sedikitpun peristiwa untuk digali dan dicari hikmahnya. Karena Allah pun telah memfirmankan bahwa dalam setiap penciptaan di langit dan dibumi serta apa yang ada diantara keduanya terdapat tanda-tanda kebesaran Ilahi bagi ulil albab. Berapa banyak yang Tuhan sudah ciptakan? Nyaris tiada berbilang. Berapa lama proses belajar untuk memahami semuanya?
 
Maka itulah pula sebabnya Rasulullah menyampaikan bahwa proses belajarnya seorang hamba adalah dari buaian hingga liang lahat. Kita? Sering sudah merasa cukup dengan apa yang kita ketahui. Padahal boleh jadi bukan itulah pengetahuan yang sebenarnya. Nggak cukup begitu, kita masih merasa paling benar dibandingkan dengan orang berilmu lainnya. Ditambah lagi dengan kegagahperkasaan kita untuk mengklaim diri sendiri sebagai yang terbaik. Para Nabi, mencontohkan untuk terus galau memikirkan dan merenungkan. Untuk terus mengoreksi diri. Untuk terus menggali dan mencari.
 
Dizaman sekarang, mikirin pekerjaan saja sulit sulit ya? Mengapa lagi mesti dibebani dengan kewajiban agama segala? Begitu tuch jadinya jika kita mengira kalau agama itu tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Justru dalam agama diajarkan bagaimana kita berkarya dengan sebaik-baiknya. Sia-sia setiap amalan atau pekerjaan yang kita kerjakan secara asal-asalan. Lakukanlah setiap pekerjaan dengan sepenuh kesungguhan sehingga lewat pekerjaan itu tercermin siapa dirimu yang sesungguhnya. Dari hasil pekerjaan itu terlihat betapa Tuhan telah menciptakan dirimu sedemikian sempurnanya sehingga mampu membuahkan hasil karya yang sedemikian indahnya. Itu ajaran agama.
 
Ketika memegang amanah di kantor, maka jalankan amanah itu sebaik-baiknya. Hindari mengkhianati kepercayaan yang sudah diberikan kepada kita. Buang jauh-jauh sifat menyalahgunakan kewenangan yang sudah diletakkan di pundak kita untuk hal-hal yang tidak sepatutnya. Ajaran agama apa bukan tuch? Agama banget. Intinya. Kita bisa menjadi pekerja yang sangat bagus justru ketika kita memahami apa yang dicontohkan oleh para Nabi yang kita imani dalam cara mereka menjalani kehidupannya sehari-hari. Kenapa dibanyak kantor bejibun orang-orang yang tidak amanah? Itu karena mereka meninggalkan ajaran para nabinya. Kenapa dibanyak tempat begitu banyak orang yang tidak takut mengambil sesuatu yang bukan haknya? Jelas sekali dong. Mereka meninggalkan akhlak mulia yang diajarkan oleh para nabinya.
 
Gelisah hati para Nabi jika sedetik saja mereka jauh dari tuntunan Ilahi. Gelisah pula hati mereka jika belum memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukannya dirdoi Ilahi. Kita? Tergetar nggak hatinya kalau bekerja malas-malasan. Asal-asalan. Bahkan. Ketika kita berani melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak patut kita lakukan selama menjalani pekerjaan? Galau mestinya kita, untuk selalu tahu dan memastikan bahwa selama menjalani pekerjaan ini kita sudah melakukan dengan sebaik-baiknya.
 
Kenapa? Karena setiap kali kita galau untuk melakukan perbaikan, hal yang sudah baik pun bisa jadi lebih baik lagi. Didalam teori manajemen modern, itu disebut sebagai Continuous Improvement. Anda boleh percaya bahwa prinsip itu sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW melalui sabdanya; “Jika hari ini engkau lebih buruk dari hari kemarin, maka engkau bangkrut. Jika hari ini engkau sama seperti hari kemarin, maka engkau rugi. Dan jika hari ini engkau lebih baik dari hari kemarin, maka engkau beruntung…..” Nah galau yang seperti itu tuch yang pertanda bagus itu.
 
Catatan Kaki:
Galau itu sama seperti hal lainnya. Namun, jika kegalauan itu muncul dari dorongan untuk selalu meningkatkan kualitas pribadi, itu merupakan pertanda yang baik.
 
-Dadang Kadarusman-
 

Kamis, 18 Juli 2013

Mengemudikan Stir Karir




Jika boleh diumpamakan, menjalani pekerjaan ini seperti mengendarai sebuah mobil. Akan menuju kemana dia, sangat bergantung kepada orang yang memegang kendali pada stirnya. Jika kita percaya bahwa ini adalah pekerjaan kita, maka kita pun mesti menyadari bahwa ini adalah ‘kendaraan’ milik kita sendiri. Dan karena ini adalah kendaraan kita sendiri, maka kitalah yang memegang kendali; mau diarahkan kemana karir kita ini? Perhatikan mobil atau motor milik Anda. Apakah Anda menyerahkan begitu saja kepada orang lain untuk mengendarainya kemana saja mereka suka? Tidak dong pastinya. Anda, akan dengan penuh rasa percaya diri mengambil kendali mesti kemana mobil atau motor itu menuju. Bagaimana dengan karir Anda? Apakah Anda yang menentukan arah perkembangannya dimasa depan? Ataukah Anda menyerahkan kendalinya kepada orang lain?   
 
Pekerjaan sebagai trainer memungkinkan saya bepergian ke berbagai tempat. Kadang lokasinya cukup jauh dari bandara. Sehingga bisa menghabiskan berjam-jam lagi perjalanan lanjutan. Kondisi ini memberi kesempatan berbicang-bincang dengan pengemudi yang bertugas untuk mengantar dan menjemput saya. Masing-masing orang punya cerita. Namun dalam hal profesi mengemudi ini, mereka punya tema yang sama. Yaitu; bagaimana mereka menjalani profesinya. Tampaknya sih memang gampang ya. Hanya mengemudikan kendaraan saja. Sebuah tindakan yang bisa dilakukan hampir oleh siapa saja, dan dari kalangan mana saja. Tapi, melalui berbagai perbincangan itu saya paham bahwa; pekerjaan mereka itu tidak semudah kelihatannya.
 
Pekerjaan Anda dan saya kira-kira begitu juga kan ya. Tampaknya sederhana saja. Tetapi kenyataannya, tidak semua orang bisa menjalaninya dengan gairah yang menggelora. Komitmen yang tinggi. Maupun kecintaan yang murni. “Persoalannya sih bukan kurang gairah, rendah komitmen atau nggak cinta. Tapi, apalah gunanya gairah kalau, imbalannya tak menggairahkan kan? Apa artinya komitmen jika hasilnya tidak sepadan. Dan apa juga nilainya cinta jika kenikmatan yang didapat darinya tidak sesuai harapan.”  
 
Anda kadang bertanya demikian? Tidak sepenuhnya salah sih. Tetapi, mari kita simak pelajaran apa yang saya dapat dari para sopir itu. “Anda mulai bekerja dari jam berapa?” Demikian saya bertanya. Dan dijawabnya bahwa jam 8 harus sudah tiba di kantor boss. Kalau telat sedikit saja, katanya, maka boss akan menyuruhnya pulang. Kalau disuruh pulang begitu, berarti hari itu dia tidak bisa mendapatkan penghasilan untuk menafkahi keluarganya. Bagaimana dengan kita? Kayaknya, terlambat datang ke kantor sudah menjadi budaya ya? Melenggak lenggok saja kita, karena toh tidak ada resikonya. Ini menunjukkan bahwa kondisi kerja kita, masih jauh lebih baik daripada para sopir yang pernah menjemput saya itu.
 
“Pulang ke rumah paling cepat jam berapa?” demikian pertanyaan saya yang lainnya.
“Ya… tak tentu lah Pak…” demikian rata-rata mereka menjawab.  Tetapi, semua sopir yang saya tanya bisa dipastikan tidak ada yang bisa pulang ke rumahnya lebih cepat dari jam 8 malam. Kebanyakan kita, sudah boleh meninggalkan kantor jam 5 sore kan? Untuk teman-teman di daerah, mungkin sudah bisa tiba kembali ke rumah sebelum beduk magrib. Teman-teman yang berkantor di Jakarta agak beda. Boleh jadi, sampai ke rumah jam tujuh atau lebih. Para sopir itu, meskipun di daerah tidak bisa pulang lebih cepat dari jam delapan malam. “Itu pun jarang kalilah Pak…” tambahnya lagi.
 
“Jarang bagaimana maksud Bapak?” Saya kembali bertanya.
“Yaaah kita kan mesti kejar setoran Pak. Kalau belum dapat, ya tidak bisa pulang…” jawabnya. “Ya kita tunggulah penumpang itu di bandara. Siapa tahu kita bisa dapat sewa kan?” katanya lagi. Kalau beruntung katanya mereka bisa mendapatkan orang yang mau menyewa jam 8 malam di bandara. Lalu mengantar ke lokasi, dan bisa pulang ke rumah sekitar jam sebelas malam. Kita yang bekerja di kota, memang kadang pulang sampai larut malam juga. Tapi, kita mengalaminya kadang-kadang saja. Kalau orang-orang yang saya bisa berbincang ini justru pulang jam 8 malam itu yang kadang-kadang.
 
“Tapi kalau kami ndak beruntung ya nunggulah sampai penerbangan terakhir yang jam 11 itu…” katanya lagi. Jika mereka dapat penumpang pada penerbangan terakhir itu, maka mereka bisa sampai ke rumah sekitar jam 3 pagi. Allahu Akbar, demikian saya terpekik didalam hati.
 
“Alhamdulillah kan kita dapat rezeki,” demikian saya merespon. Entah itu respon yang tepat, atau sekedar terucap karena tidak tahu mesti berkata apa lagi.
 
“Ya tidak mesti juga Pak…” jawaban itu sungguh tidak terduga.
“M-maksud Bapak?” Spontan saya bertanya begitu.
“Kalau nggak ada sewa – maksudnya orang yang mau menggunakan jasa mereka – maka kami tidur pula di bandara….” Katanya.
 
Ya Allah…, demikian batin saya setengah menjerit.
Perasaan. Seberat-beratnya pekerjaan saya dulu. Tidak pernah mesti sampai menginap dikantor. Ada sih periode yang berat. Misalnya ketika kami mesti membuat laporan keuangan ke kantor pusat. Atau ketika sedang ada project yang benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Tapi, perasaan sih kantor kami menyediakan penginapan yang layak. Kantor Anda juga begitu kan? Sedangkan para sopir itu ya tidurnya di jok mobilnyalah. Saya pernah merasakan bagaimana tidur di mobil. Ketika pergi berkemah digunung. Terus hujan lebat sehingga tenda kebanjiran. Lalu mengungsi kedalam mobil. Dan tahu persis bahwa tidur di jok mobil itu tidak begitu nyaman.
 
“Berapa bisa bawa pulang uang ke rumah?” pertanyaan saya kali ini sudah nakal sekali.
“Setelah dipotong setoran, minyak, bayar agen ya….dapatlah lima puluh ribu Pak,” katanya. Jawabannya membuat hati saya kembali menyebut nama Allah. Gaji saya dulu waktu masih menjadi salesman, juga tidak besar. Tapi pekerjaan saya, tidak seberat itu. Anda juga kan? Zaman sekarang UMR pun sudah lebih baik lagi. Dan untuk mendapatkannya, kita tidak mesti bekerja seperti para sopir itu. Alhamdulillah….
 
Dalam salah satu perjalanan itu, saya meminta sopir yang mengantar ke Bandara untuk mampir ke rumah makan. “Tolong cari yang paling enak ya Pak…” demikian saya  meminta. Ada yang enak sekali katanya, tapi setelah melihat ketersediaan waktu menjelang penerbangan saya tampaknya tidak cukup. Bisa terlambat kalau dipaksakan. “Bagaimana kalau kita ceck-in dulu sekarang, lalu kita pergi ke restoran itu?” maklum orang kota kan suka asal njeplak saja kalau meminta sesuatu. Tidak memikirkan dampaknya bagi orang yang mendengarnya.
 
Pak sopir itu berpikir beberapa saat, lalu katanya….”Nampaknya bisa juga Pak…” Lalu kendaraan kami pun melaju menuju ke Bandara. Sesampainya di Bandara, ternyata kondisi tidak seperti yang saya kira. Didaerah, fasilitasnya kan tidak seperti di kota. Early check-in tidak memungkinkan disini. Mesti nunggu 2 jam sebelum penerbangan. Padahal, tujuan saya justru ingin early check-in itu agar bisa pergi makan enak di restoran. Tapi mau bagaimana lagi kan? Saya tanya pak sopir. “Masih bisa Pak…” katanya. Sehingga saya pun menunggu sampai konter check-in dibuka setengah jam lagi. Setelah bisa ceck-ini, kami langsung meluncur ke restoran itu.
 
Tidak akan saya ceritakan soal nikmat, lezatnya sajian di restoran itu. Tapi akan saya ceritakan bagaimana selama perjalanan menuju dan kembali dari restoran itu pak sopir berkali-kali ditelepon. “Siapa itu?” saya bertanya. Dijawabnya bahwa itu orang kantor. “Kenapa mesti sesering itu mereka menelepon?” Jawabannya lebih mengejutkan lagi.
 
Orang kantor mengingatkan terus untuk memastikan saya tidak ketinggalan pesawat. Katanya, saya sekarang sepenuhnya menjadi tanggungjawabnya. Jika sampai terlambat maka dia harus mengganti tiket pesawat saya. Ya Allah. Padahal pergi ke restoran itu kan saya yang mau. Bahkan ketika kami sudah kembali ke bandara, sopir kami pun masih juga menerima telepon peringatan itu. “Bapak pernah mengganti tiket pesawat beneran?” saya bertanya.
“Pernah Pak,” jawabnya. “Satu juta delapan ratus ribu, Pak…” katanya.
Ya Allaaaaah, kali ini suara saya tidak bisa dipendam didalam hati. “Terus gimana dong?” demikian saya lampiaskan rasa penasaran.
 
“Dipotong penghasilan setiap hari sampai lunas Pak…”
Oh, Allah. Cukup. Saya sudah cukup mengerti pesan yang hendak Engkau sampaikan melalui kisah sopir pengantar saya ini. Tidak pernah terbayangkan selama ini jika ada orang-orang yang mesti bekerja dan pagi buta hingga bertemu pagi buta berikutnya. Hanya untuk mendapatkan 50 ribu rupiah nafkah keluarganya. Meski kadang bisa dapat lebih dari itu. Tapi, itu pun masih harus dipotong lagi untuk membayar biaya-biaya ini dan itu.
 
Sahabatku. Saya yakin. Jika Anda bisa membaca artikel saya. Anda bukan level pekerja seperti yang saya ceritakan. Anda, pasti punya pekerjaan yang kondisinya lebih baik dari mereka. Saya juga sama seperti Anda. Tetapi, kita. Kurang sering lupa mensyukuri pekerjaan ini. Sehingga jika karir kita tidak berkembang, ada banyak pihak yang bisa disalahkan. Jika penghasilan kita tidak memadai, ada orang yang bisa diadili. Padahal, selain karir kita ini lebih baik dari banyak sekali orang lainnya. Kita juga adalah pemegang stir kendaraan karir ini. Tidak seperti para sopir itu. Yang selain mesti menyetir kemana saja yang penumpangnya inginkan, mereka juga diganjar dengan imbalan yang tidak selalu sepadan.
 
Kita, bagaimanapun juga. Jauh lebih beruntung dari mereka. Karena selain kondisi kerja kita lebih baik. Bayaran yang lebih layak. Kita juga bisa menyetir kendaraan karir ini kearah mana saja yang kita suka. Tinggal kita syukuri lebih banyak. Dan kita mengambil keputusan untuk mengemudikannya kemasa depan yang lebih baik. Karena sahabatku, kita sendirilah yang mengemudikan stir karir ini. Dan kita akan lebih lega. Lebih bahagia. Lebih merasa bermakna. Jika mengemudikan stir karir ini, dalam rasa syukur.
 
-Dadang Kadarusman-

Jumat, 12 Juli 2013

Meraih Rezeki Yang Mulia




Anda tahu nggak, berapa harga sekilo gula pasir sekarang? Atau seikat bayam. Kalau tiga butir tomat? Jika Anda tidak tahu, coba saja tanyakan kepada istri Anda di rumah. Atau, boleh juga bertanya kepada pembantu rumah tangga Anda yang setiap pagi bertemu dengan tukang sayur keliling. Ini bukan untuk membuat Anda pusing. Tetapi, setidaknya kita bisa menyadari apa yang saat ini tengah terjadi. Sebab bagaimana pun juga, orang yang sadar bisanya lebih waspada daripada mereka yang tidak menyadari apa yang terjadi disekelilingnya, bukan?
 
Pagi itu, saya sedang asyik didepan komputer. Ide-ide beterbangan mengitari kepala saya. Dan jemari tangan ini terus menari diantara toots-toots keyboard. Tiba-tiba terdengar istri saya berbicara dengan asisten rumah tangga kami di rumah. “Bu, harganya jadi 70 ribu…,” katanya.
 
“Emangnya apa saja yang dibeli Mbak?” balas istri saya.
“Sayur sama bumbu-bumbu, Bu….” Jawab si Mbak.
“Sekarang beli sayur dan bumbu saja sudah tujuh puluh ribu?” demikian terdengar suara istri saya lagi. “Baguuuuuuuussss…..” tambahnya.
 
Pas kata ‘bagus’ itu, saya seperti sedang mendengar sebuah nyanyian dari lagu melayu di tahun delapan puluhan. Mengalun merdu mendayu-dayu. Tapi seperti para suami lainnya dong; saya tidak mau terlampau ambil pusing dengan urusan harga sayuran.
 
“Coba kamu tanya Yono, ini harganya berapa aja…” terdengar lagi suara istri saya. “Ibu nggak akan nawar. Cuma pengen tahu aja harga masing-masingnya berapa.” Lanjutnya. Yono itu tukang sayur keliling langganan kami. Setelah terdengar suara ‘iya bu’ saya tidak mendengar apa-apa lagi.
 
Ketika ada kesempatan jeda, saya beranjak dari meja kerja. Sudah tidak ada pikiran apa-apa lagi soal harga sayur itu. Namun, maklum rumah kami ini ‘dekat kemana-mana’ gitu loh, sehingga akhirnya melintas juga ke dapur. Lalu secara reflex saya melirik kearah belanjaan si Mbak. Dan ketika melihat apa saja yang bisa dibeli dengan tujuh puluh ribu rupiah itu… saya jadi miris sendiri. ‘Gile, belanjaan seuprit begini menghabiskan uang sebanyak itu?’. Sungguh, itulah yang terbersit dibenak saya.
 
Alhamdulillah. Hingga hari ini, Allah membukakan pintu rejeki untuk kami agar bisa hidup dengan normal. Cukup saja untuk memenuhi kebutuhan hidup bergaya sederhana. Yaaa.. seperti masyarakat Indonesia pada umumnya lah. Alhamdulillah, pokoknya. Sekalipun begitu, tetap saja ada pertanyaan dalam hati; apakah sudah sedemikian tingginya biaya hidup kita dizaman ini? Bukan soal kebayar atau tidak sih. Tetapi, memikirkan betapa harga-harga bergembira ria dan berlompatan hingga berterbangan keangkasa raya begitu rasanya ada sesuatu yang tengah terjadi di dunia yang kita huni ini.
 
Kenyataannya, penghasilan kita rata-rata kan tidak bisa naik seperti terampilnya harga-harga itu menapaki tangga ke puncak julangnya kan? Hebat, jika pikiran Anda tidak terusik sama sekali. Itu tandanya pendapatan Anda sudah sangat tinggi sekali sehingga tidak terusik oleh berapapun harga daging sapi. Cabai merah. Garam. Sayur mayur. Dan bumbu-bumbu. Kalau Anda belum sampai ke level itu, mungkin Anda seperti saya. Kita memikirkan bagaimana caranya supaya bisa mendapatkan penghasilan yang lebih baik. You are not alone my friend. Kita tingkatkan ikhtiarnya lagi yah.
 
Iyya sih. Ikhitiar mah kita kan nggak pernah putus. Tapi, wajar juga dong kalau kadang bertanya juga;”Kenapa sih orang lain kok kayaknya gampang banget dapat ini dan itu? Rumahnya megah. Mobilnya juga mewah. Tampaknya uang mereka nggak berseri gitu deh?”
 
Wajar kok bertanya begitu. Tetapi, kita juga mesti realistis kan? Misalnya saja. Di zaman ini memang banyak orang yang hartanya melimpah ruah. Namun tengok itu di televisi. Baca di koran. Simak berita di media masa. Tidak semua orang yang tajir itu mendapatkan harta mereka dengan cara yang terpuji loh. Selama kita masih punya iman. Kita tentu tidak tertarik untuk menghalalkan segala cara, bukan?
 
Bukannya kita tidak tertarik untuk menjadi orang kaya. Saya ingin menjadi orang kaya. Sedang berusaha terus agar bisa mewujudkan cita-cita itu. Tetapi, saya ingin mendapatkan kekayaan itu dengan cara-cara yang Tuhan suka. Anda juga begitu kan sahabat? Nggak gampang banget deh. Itulah yang kita rasakan. Tetapi sahabat, hal-hal yang bernilai tinggi biasanya kan tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mendapatkannya bukan?
 
Saya paham benar, bahwa memang ada jalan pintas untuk menuju kepada kekayaan. Ada cara gampang untuk memperoleh keberlimpahan. Di level pegawai yang menduduki posisi basah, kita sudah pada tahu rahasia umum yang biasa ditempuh sekelompok orang. Cepat bertambah pundi-pundinya. Tapi saya dan Anda, tentu tidak menginginkan yang seperti itu. Karena cara seperti itu, jelas sekali buruknya dihadapan Tuhan. Bahkan dihadapan sesama manusia juga sangat rendah.

Saya memilih berbisnis kecil-kecilan saja. Meski hasilnya tidak seukuran paus, tetapi masih cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Kenapa tidak berbisnis besar biar hasilnya besar? Saya bilang; belum. Mulai dari kecil juga tidak keberatan. Insya Allah kelak akan perlahan-lahan menjadi besar juga.
 
Jika Anda bisa berbisnis besar saya seneng sekali mendengarnya. Namun, jika Anda juga memulainya sama seperti saya, marilah sahabat; kita saling memberi semangat. Agar tetap gigih berjuang. Dan tetap istikomah dijalan yang baik. Setidaknya, minim dari perilaku dan praktek-praktek berbisnis yang tidak patut.  Mari mulai sekarang juga. Karena akan sangat berat jika dimulai pada usia kita yang sudah terlampau tua.
 
Melihat orang lain yang kaya raya, memang sering membuat hati kita tergoda untuk mengambil jalan pintas. Toh semuanya terpampang dihadapan kita. Tetapi sahabatku, contohlah perilaku mereka yang kaya raya melalui usaha yang baik. Dengan cara berusaha yang bermartabat. Mari menghindarkan diri dari mencontoh mereka yang kaya raya dari  menghalalkan segala cara.
 
Tidak usah terlampau silau dengan kekayaan orang lain yang melimpah ruah, sahabat. Karena dengan ikhtiar yang pantang menyerah pun, mungkin kita bisa mendapatkan keberlimpahan yang sama. Jika kita gigih memperjuangkannya. Namun, jangan lupa juga untuk terus berdoa. Agar Tuhan menunjukkan jalan yang disukaiNya. Sehingga kita bisa terhindar dari cara-cara nista.  Mengapa demikian sahabat? Karena untuk setiap harta yang kita miliki akan ada 2 jenis pertanyaan. “Pertama, bagaimana kamu mendapatkan harta itu? Dan kedua, bagaimana cara kamu membelanjakannya.”
 
Oleh karenanya sahabatku, mari terus berjuang untuk mendapatkan nafkah dengan cara yang baik. Dan mari kita gunakan apa yang sudah kita miliki ini untuk hal-hal yang juga baik. Agar mudah kita menjawab kedua pertanyaan itu. Sehingga kelak, kita mendapatkan hadiah seperti yang Tuhan janjikan dalam surah 8 (Al-Anfal) ayat 4: “ …Mereka akan mendapatkan derajat yang tinggi disisi Tuhannya. Dan ampunan. Serta rezeki yang mulia.” Maukah Anda meraih rezeki yang mulia seperti itu sahabatku? Saya, mau.
 
Catatan kaki : 
Rezeki kita sudah ditentukan ukurannya. Yaitu sesuai dengan ukuran ikhtiar yang kita lakukan. Dan sudah ditentukan baik buruknya. Yaitu, sesuai dengan baik atau buruk cara mendapatkan dan membelanjakannya.


Diambil dari
-Dadang Kadarusman-