Jumat, 30 Agustus 2013

Kunci Tenteram Hati Saat Bekerja


Lah, mana bisa tenteram hati kalau kerja di kota besar seperti Jakarta. Justru orang bilang kalau kerja di Jakarta itu seteresss. Dijalanan macet. Dikantor sikt-sikutan. Pelanggan juga banyak maunya. Emangnya di kota lain selain Jakarta situasinya lebih baik gitu? Soal jarak tempuh kekantor lebih singkat sih iyya. Tapi soal lainnya, apakah lebih bisa membuat hati kita tenteram? Nggak juga. Kalau dipikir-pikir sih, yaa plus-minus ajalah. Ada kurangnya, dan ada pula lebihnya. Artinya, bobot tantangannya kira-kira sebandinglah. Terus bagaimana dong caranya untuk bisa tenteram hati?
 
Kalau jabatan tinggi, baru bisa tenteram. Begitu kata orang. Kalau gaji tinggi. Kalau sudah jadi boss. Kalau kerja diperusahaan besar. Dan kalau-kalau lainnya. Apa iyya begitu ya? Mungkin sih. Tetapi, mari perhatikan para pekerja yang sudah memenuhi kriteria-kriteria diatas. Apakah kita melihat mereka berhasil mendapatkan ketenteraman hati? Kita malah sering melihat direktur yang makin kusut wajahnya. Kita juga sering melihat orang bergaji gede merengut setiap kali tagihan kartu kredit datang kepadanya. Dan jangan salah loh. Yang suka ngemplang hutang ke bank kan bukan orang-orang kere. Jelas dong, kalau semua kriteria diatas bukan jaminan untuk meraih ketenteraman hati dalam pekerjaan. Makanya, daripada terbelenggu oleh pandangan keliru begitu mendingan Anda temani saya untuk belajar memahami dan menerapkan 5 prinsip NatIn (Natural Intelligence) berikut ini:
 
  1. Tulus ikhlas dalam menjalani pekerjaan ini. Sikap tulus ikhlas itu berkaitan dengan perasaan hati. Jika kita tulus, maka kita tidak akan pernah kecewa ketika berhadapan dengan situasi yang bertolak belakang dengan yang kita harapkan. Jika kita ikhlas, maka kita tidak akan mempermasalahkan respon pihak lain yang tidak sesuai dengan yang semestinya. Coba saja Anda perhatikan, bukankah hati kita merasa tenteram ketika tulus dalam melakukan sesuatu untuk orang lain? Jiwa kita tenang ketika ikhlas menerima keadaan? Maka jika ingin tenteram, tulus ikhlas merupakan prasyarat utamanya. Tuluslah. Dan ikhlaslah. Kita pun tenteram.
 
  1. Membaktikan diri kepada pekerjaan ini. Banyak orang yang keberadaannya dikantor tidak dihargai karena kinerjanya buruk. Jangan tanya berapa banyak manager diomeli oleh direktur. Atau direktur yang gemetaran ketika harus mempresentasikan kinerja perusahaan dihadapan para stake holder. Saya juga melihat cukup banyak orang yang bisa berdiri tegap dihadapan siapa saja. Karena, kinerjanya selalu bagus. Tentu kinerja bagus itu tidak didapat secara gratis. Melainkan melalui kesediaan untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Dan itu, hanya bisa dilakukan jika kita bersedia membaktikan diri pada pekerjaan ini. Kerja suka-suka mungkin tidak menguras tenaga. Tetapi, cara kerja begitu hanya menempatkan kita pada posisi yang tidak dianggap. Berdedikasi tinggi, mungkin melelahkan. Tapi itu memungkinkan kita meraih tempat terhormat. Hanya ketika tetap memiliki kehormatan itu jiwa kita tenteram, bukan?  
 
  1. Memberikan manfaat kepada teman sekerja. Memberi, memang itu kata kuncinya. Kesannya akan mengurangi apa yang kita miliki ya? Padahal tidak sama sekali. Soalnya, bukan uang yang Anda berikan. Melainkan manfaat. Jadi, bentuk pemberiannya bisa bermacam-macam kan. Misalnya, bantuan kecil untuk teman Anda. Atau, sekedar uluran tangan ketika seseorang sedang pusing dengan pekerjaannya. Atau, meringankan sedikit beban di pundak atasan Anda dengan bertanya; apa yang bisa saya bantu untuk mengerjakannya Pak? Nggak rugi Anda jika memberi manfaat kepada orang lain. Kenapa? Karena mereka yang merasakan manfaat keberadaan Anda akan menyukai Anda. Mencintai Anda. Dan menjaga Anda agar senantiasa berada bersama mereka. Bukankah senang hati Anda jika keberadaan Anda ‘diakui’ oleh lingkungan kerja? Makanya, banyak-banyaklah memberi manfaat kepada teman, kolega, atau atasan Anda.
 
  1. Mencukupkan apa yang kita dapatkan. Salah satu hal yang membuat hati kita gundah adalah ‘perasaan kurang’. Bukan ‘kurang’ ya, tapi ‘perasaan kurang’. Kenapa saya tegaskan ini? Karena, begitu banyak orang yang sudah punya banyak kelebihan dibandingkan dengan orang lain namun masih juga mengatakan kurang. Dan, banyak juga orang yang nilai kepemilikannya lebih sedikit dari orang lain namun dengan mantap mengatakan bahwa dirinya cukup. “Ya Alhamdulillah,” katanya dengan wajah cerah. Dan itu benar. Pendapatan kita, sebesar apapun tidak akan pernah cukup jika kita tidak mencukupkannya. Dan betapapun kecilnya pendapatan kita, akan bisa memenuhi kebutuhan kita jika kita mencukupkannya. Tengok saja orang yang selalu merasa kurang itu. Mengeluuuuh saja kerjanya. Padahal mereka sudah mendapat lebih banyak dari orang lain. Wajar juga sih. Karena hanya mereka yang bisa mencukupkan apa yang didapatkannya saja yang bisa memiliki jiwa yang tenang.
 
  1. Menjaga kejujuran dalam pekerjaan. Misalnya saja – misalnya nih ya – Anda melakukan tindakan tidak jujur atau melanggar integritas. Anda melakukannya secara terbuka atau sembunyi-sembunyi? Terbuka ya? Nggak mungkin. Anda pasti menyembunyikannya. Kenapa disembunyikan? Karena kita tidak ingin orang lain tahu. Kenapa tidak ingin orang lain tahu? Karena kita sadar bahwa itu tidak sepatutnya kita lakukan. Lha, kalau nanti sampai orang lain tahu gimana ya? Itulah yang terjadi. Maka akhirnya hidup kita selalu diliputi oleh perasaan was-was. Sebaliknya. Jika selalu menjaga diri dari tindakan-tindakan buruk; apa yang kita khawatirkan ya kan? Nyantai aja. Orang lain ditangkepin juga ya kita tetap tenang dong. Ya iyyalah. Kita nggak berbuat salah. Kenapa mesti gundah. Justru kita akan selalu tenteram, jika terus menjaga nilai-nilai kejujuran.
 
Apa sih yang lebih penting bagi Anda selain perasaan tenteram didalam hati? Nggak ada saya yakin. Banyak duit juga kalau nggak tenteram mah belum tentu Anda betah kan? Semuanya serba pas-pasan juga oke saja sih kalau jiwa kita tenteram. Karena hanya dengan jiwa tenteram itulah kita bisa menikmati hidup. Bukan hanya hidup didunia. Karena bagi orang-orang yang tenteram, ada jaminan bahwa diakhirat kelak mereka akan mendapatkan tempat terbaik. Sesuai dengan janji Ilahi dalam surah 89 (Al-Fajr) ayat 27-30 ini; “Wahai jiwa yang tenang,” Demikian Allah menyeru. “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rido dan diridoi. Maka masuklah engkau kedalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah engkau kedalam surga-Ku….” Bismillah deh. Untuk menerapkan ke-5 prinsip itu.
 
Catatan Kaki :
Ternyata ketenangan jiwa dalam pekerjaan tidak kita dapatkan dari tingginya jabatan atau besarnya pendapatan. Melainkan dari sikap positif yang berakar dari keyakinan bahwa Tuhan menyukai orang-orang yang menjaga dirinya agar tetap berada dalam kebaikan.
 
~ Dadang Kadarusman ~ 

Selasa, 20 Agustus 2013

Mencari Imbalan Yang Lebih Besar


Anda sudah dibayar tinggi apa belum? Sejauh yang saya tahu, jarang tuch orang yang mengaku kalau dirinya sudah dibayar tinggi. Sekalipun sudah mendapat income bulanan puluhan juta juga tetep aja masih bilang ‘mestinya dibayar lebih tinggi dari ini…’. Anda masih merasa begitu kan? Atau Anda sudah dibayar ratusan juta sebulan? Dan Anda masih merasa mesti dibayar lebih dari itu ya? Meskipun Anda senang dengan bayaran itu, kemungkinan besar; Anda masih berharap dibayar lebih tinggi lagi. Sayangnya, angka puluhan atau ratusan juta itu pun baru sebatas ‘ngimpi’. Kenyataannya ya kita masih empot-empotan begini kan. Lha, terus gimana dong caranya supaya kita bisa mendapatkan bayaran yang lebih baik dari sekarang?
Sebagai seorang professional, kita layak mendapatkan bayaran kok. Jadi, nggak usah ragu menetapkan angka layak bayar Anda. Jika Anda mengerjakan sesuatu untuk seseorang, Anda pantas mendapatkan imbalan dari orang itu kan? Misalnya saja Anda mengerjakan suatu pekerjaan untuk Mr. A. Maka Mr. A lah yang mesti membayar Anda, bukannya Mr. B. Jika Anda bekerja untuk perusahaan A, maka perusahaan A yang membayar Anda, bukan perusahaan B. Kan begitu. Masalahnya, kadang imbalan besar itu tidak ada di Mr A atau PT A. Melainkan di Mr. B atau di PT B. Padahal kita kepingin sekali untuk mendapatkan bayaran yang lebih tinggi kan? Tantangan; Bisakah Anda bekerja untuk A tapi dibayar tingginya justru oleh B tanpa harus keluar dari perusahaan A? Saya bilang bisa.  Anda meragukannya ya?
Begini prinsip dasarnya. Pertama-tama, Anda tentukan dulu siapakah yang bisa membayar Anda lebih banyak selain kantor atau boss tempat Anda bekerja saat ini. Ayo lakukan sekarang. Cari tahu, siapa yang bisa membayar Anda lebih banyak. Sudah? Ayo cepetan. Jangan lama-lama. Sudahlah sebut saja beberapa diantaranya. Boleh nama orang. Nama perusahaan atau apa saja. Tulis diatas kertas, ya. Please, tulis diatas kertas biar kita bisa fair ketika kunci jawabannya saya beritahukan nanti. Sudah? Oke, saya anggap sudah Anda lakukan. Setelah itu, Anda bekerja deh seperti biasanya ditempat Anda bekerja sekarang. Dan yakinlah bahwa orang atau seseorang atau sesuatu yang Anda anggap bisa membayar Anda lebih tinggi itu akan memberi Anda imbalan yang sangat tinggi untuk pekerjaan yang Anda lakukan itu. 
Saya menduga, Anda tidak begitu meyakini apa yang saya sarankan tadi. Benar kan? Ayo, mengaku sajalah. Saya tahu bahwa logika Anda mengatakan bahwa tidak mungkin kita bekerja untuk A dan dibayar oleh B. Anda tidak keliru. Memang begitu kok aturan mainnya. Tetapi, kebenaran yang Anda yakini itu tidak mutlak. Apa penyebab tidak mutlkanya? Itu loh, nama-nama orang atau perusahaan atau sesuatu yang Anda tulis dikertas tadi. Lihatlah siapa yang Anda tulis disitu? Ada nama-nama boss kaya yang Anda kira akan mau membayar Anda lebih banyak? Atau...ada nama perusahaan-perusahaan besar yang Anda kira mau menggaji Anda lebih tinggi? 
Terus, apakah semua nama yang Anda tulis itu pasti akan mau memberi Anda imbalan yang lebih tinggi dari yang sekarang Anda terima? Yakin nih Anda bakal bisa mendapatkan perhatian dari orang-orang itu seperti yang Anda inginkan? 
Sekarang, saya bertanya; Apakah Anda menuliskan TUHAN, dikertas jawaban Anda atau tidak?  Sahabatku. Jika diatas kertas jawaban Anda itu tidak tertulis nama Tuhan, maka saya berani mengatakan bahwa keinginan Anda untuk mendapatkan imbalan yang lebih tinggi itu hanyalah angan-angan kosong belaka. Tahu kenapa? Karena tidak ada boss yang mau menghambur-hamburkan uangnya untuk menggaji Anda lebih tinggi. Dan tidak ada perusahaan yang mau menjebolkan budget ekspensesnya untuk membayar Anda berkali-kali lipat. Hanya Tuhan sabahatku, yang mau membayar 10 kali lipat dari semua yang Anda kerjakan. Bahkan jika Anda benar-benar tulus melakukannya, DIA balas 700 kali lipat. Bahkan dia lipat gandakan lagi, jika Anda bisa menyenangkanNya.
Anda boleh merengek pada atasan. Boleh protes kepada perusahaan. Atau boleh jual mahal pada head hunter. Tetapi percayalah bahwa; Anda tidak akan bisa mendapatkan tempat kerja yang mau membayar sedemikian banyaknya seperti yang Tuhan tawarkan kepada orang-orang yang berbisnis denganNya. 
“Tapi, kenapa dong selama ini Tuhan membiarkan gue begini-begini aja? Kalau Tuhan memang mau kasih gue lebih banyak, kenapa sampai sekarang gue masih dapat sedikit?!” mungkin ada bisik begini dihati kecil kita. Tak apa sih. Yang penting kita paham apa sebabnya sekarang. Anda sudah paham? Jika belum, maka camkanlah ini;”Tuhan tidak memberi lebih banyak pada kita karena kita tidak meniatkan pekerjaan ini untuk DIA”. Jika niat Anda bekerja bukan untuk TUHAN, kenapa Anda mesti berharap Tuhan kasih tambahan imbalan? 
“Iyya, tapi kan kita kerja mengharapkan professional fee dong!” Anda boleh protes begitu. Sah-sah saja juga loh. Silakan. Tetapi ingatlah bahwa; pekerjaan yang kita lakukan itu tidak berhenti ketika kita selesai melakukannya. Hasil kerja kita, mungkin akan dipakai oleh orang lain. Mungkin akan dinikmati oleh orang lain. Mungkin akan sampai ke tangan end-user yang kita tidak akan pernah tahu siapa, dimana dan berapa banyak. Padahal, boleh jadi end-user itu mendapatkan manfaat dari hasil kerja kita. Benar, end-user itu membayar kepada perusahaan tempat kita bekerja. Tapi, manfaat dari benda atau produk atau jasa yang kita buat itu dirasakan puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan orang yang tidak kita kenal. Dan karena mereka merasakan manfaat hasil kerja kita, maka hidup mereka menjadi lebih baik. Katika hidup mereka lebih baik, mereka lebih dekat dengan Tuhan mereka. Dan mereka berterimakasih, bersyukur, bersujud kepada Tuhannya.
Inilah moment ketika itulah Tuhan meneruskan ucapan terimakasih itu kepada orang yang paling berjasa kepada jutaan orang yang bersyukur itu. Dan orang yang berjasa itu adalah Anda. Ingatlah bahwa Tuhan tidak butuh apa-apa dari hamba-hambanya. Maka rasa syukur itu, Tuhan teruskan kepada Anda. Karena Tuhan Yang Maha Tahu paham benar, bahwa Anda bekerja atas nama DIA. Sehingga Tuhan senang untuk memberikan imbalan atas hasil kerja Anda yang menjadikan jutaan orang bersyukur kepadaNya. Begitulah cara kerjanya sahabatku. Maukah Anda mendapatkan imbalan dari Tuhan seperti itu? Tentu. Tapi bagaimana caranya? Sederhana. Perhatikan langkah-langkah yang akan saya jelaskan pada Anda berikut ini.
Pagi ini sebelum Anda mulai bekerja, berhentilah sejenak. Lalu, tariklah nafas panjang dengan tenang. Pejamkan mata dan tundukkan kepala. Lantas, memohonlah kepada Sang Maha Kuasa agar DIA membantu Anda untuk mendapatkan hasil kerja yang terbaik.
Aminkan dengan sepenuh harapan. Kemudian bukalah mata Anda. Tataplah seisi ruang kerja Anda. Meja serta alat-alat kerja yang ada disana. Lalu katakanlah kepada diri Anda sendiri; "Saya meniatkan untuk menjadikan segala sesuatu yang saya lakukan hari ini sebagai persembahan kepada Tuhan."
Ulangi kalimat itu beberapa kali hingga hati Anda meresapinya. Lalu tutuplah dengan kalimat ini:"Dan saya merelakan Tuhan yang menentukan imbalannya."
Insya Allah, hari ini Anda akan bekerja dengan sangat baik. Dan Anda, tidak lagi berkecil hati dengan apa yang selama ini Anda dapatkan. Karena sahabatku, Tuhan itu adalah sebaik-baiknya pemberi imbalan.
Jadi jika Anda ingin mendapatkan hasil yang lebih baik, maka tunjukkanlah kepada Sang Maha Baik itu bahwa; kita, adalah sebaik-baiknya pekerja. Agar DIA mencukupkan imbalannya atas segala sesuatu yang kita kerjakan. Hanya dengan cara itu sahabatku, kita bisa mendapatkan imbalan yang lebih besar. Yaitu imbalan yang Tuhan sediakan khususon, bagi orang-orang yang mempersembahkan setiap tindakannya dalam pekerjaan untuk DIA. Mau mulainya sekarang juga? Insya Allah. Walhamdulillah.
~ Dadang Kadarusman ~

Rabu, 14 Agustus 2013

Tanpa Takut Para Wanita Ini Meniti Tali di Ketinggian 3300 Kaki


Vemale.com - Menggemari olahraga atau hobi yang unik memang memiliki tantangan tersendiri. Selain menantang adrenalin, hobi yang unik membuat penggemarnya merasakan sensasi yang berbeda. Salah satu aktivitas outdoor ini membuat yang melihatnya berdebar adalah slackline. Apa itu slackline? slackline adalah aktivitas meniti sebuah tali yang terbentang di antara dua tebing yang tinggi. Wah mendengar deskripsinya saja sudah bikin deg-degan, apalagi melihat aksinya ya!

Slackliners profesional, Emily Sukiennick dan Hayley Ashburn melakukan slackline di tebing tinggi dengan ketinggian yang bisa membuat Anda kaget luar biasa, 3300 kaki ladies! Emily dan Hayley membentangkan tali panjang di antara dua tebing yang berada di Yosemite National Park. Tanpa perlindungan tubuh ekstra, mereka mulai meniti tali ini dan melakukan beberapa gerakan akrobatik lho!

"Saya tidak merasa takut karena sudah banyak berlatih sebelumnya. Justru saya yakin saya bisa melakukan slackline di ketinggian ini" ucap Hayley. Menggunakan baju khusus untuk slackline, Hayley dan Emily membuat yang melihat takut sekaligus kagum. Dua orang wanita ini berhasil melakukan slackline setinggi itu, tanpa bantuan alat khusus sedikitpun!

Anda penasaran dengan aksi slackline Hayley dan Emily? Intip foto mereka ini ladies. Ingat, bila tidak profesional, outdoor activity ini berbahaya lho! Bila Anda ingin mencoba, pastikan Anda memiliki kemampuan seperti mereka ya!












~ www.vemale.com ~

 

Cantiknya Pizza Lezat Yang Bernilai Seni Tinggi


Vemale.com - Sebagian orang menikmati pizza sebagai makanan berat yang mengenyangkan dan ada juga yang menikmati makanan cepat saji yang satu ini sebagai camilan. Apalagi kalau sedang berkumpul dan saling bercerita antara sesama wanita pasti lupa waktu dan bisa menghabiskan satu porsi penuh pizza.

Variasi toping pizza yang bisa disesuaikan dengan pilihan inilah yang juga menjadi keunggulan pizza. Ternyata ada lagi keunggulan pizza yang yang bisa Anda coba loh ladies! Coba pizza bercita rasa tinggi yang diproduksi oleh Pizza Express di Inggris. Selain rasa yang enak, pilihan toping dari Pizza Express juga merupakan replika dari lukisan-lukisan seniman ternama dunia. Ada lukisan Van Gogh, Claude Monet, Andy Warhol, dan Munch and Lichtenstein.



Kalau lukisan yang asli disimpan di museum, lukisan yang berbentuk toping ini sudah jelas bisa kita nikmati di atas pizza lezat yang bisa kita pesan dari Pizza Express. Seperti yang dilansir dari metro.co.uk, pizza unik ini dibuat memang untuk merayakan datangnya musim panas dan sekaligus juga sebagai bagian dari koleksi rangkaian rasa "Love Your Summer" dari restoran ini.

Satu pizza membutuhkan 30 jam untuk membuatnya, wow! Waktu yang cukup lama kalau mengingat seberapa cepat kita bisa menghabiskan satu loyang besar pizza biasa. Selain bertujuan untuk membuat orang bergembira saat datangnya musim panas di Inggris, sepertinya lukisan ini juga membuat bahagia para pecinta seni yang bisa membeli dan memakan karya seni favorit mereka.

~ www.vemale.com ~

Office, I Am Back!



“Jalanan mulai macet lagi, Bro!” begitulah pemandangan yang bisa kita lihat setelah libur lebaran kemarin. Wajarlah. Soalnya, orang kantoran yang cuti sudah pada kembali bekerja lagi kan. Emmh… maksud saya, sudah kembali lagi ke kantor. Emangnya, ‘kembali bekerja’ dengan ‘kembali ke kantor’ itu beda ya? Beda banget. Soalnya, berada di kantor tidak selalu berarti bekerja kan? Secara fisik sih emang kita sudah berada di kantor lagi. Tapi, mungkin saja mental kita masih tertinggal di tempat liburan. Kalau baru masuk ke kantor lagi setelah berhari-hari liburan, apakah Anda bisa langsung ‘on’ untuk bekerja? Dijamin tidak akan begitu, jika tidak memiliki rasa rindu kepada pekerjaan.
 
Dimasa liburan lebaran ini, saya ikut larut bersama para professional lainnya yang mengambil jatah cuti tambahan. Total, saya menghabiskan 8 hari penuh. Sama sekali tidak menyentuh komputer. Padahal, itulah alat kerja utama saya. Memang sengaja, dan sudah diniatkan untuk begitu. Selama rentang waktu itu, kegiatan apa saja boleh dilakukan. Makan, tidur, nonton, jalan-jalan, pelesiran, berperahu; apa saja deh kecuali hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Namanya masa liburan, ya liburan saja. Dan pastinya, semua kegiatan itu mengandung konsekuensi yang tidak bisa dihindari, yaitu; melambungnya pengeluaran.
 
Nggak apa-apa lah. Kan cuman sekali dalam setahun. Soal tabungan yang terkuras, bisa diisi lagi. Lagian juga kan nggak sepenuhnya kita mengandalkan tabungan itu toh? Kita lebih banyak mengandalkan THR dari kantor. Nah, itu dia. Ketemu deh kata kuncinya; ‘THR dari kantor’. Selain karena sayang banget kalau menguras isi tabungan, kita juga kan jarang bisa menabung. Penghasilan bulanan cuman sebatas ‘terima-kasih’ gitu loh. ‘Terima’ pagi, eh siangnya sudah harus kita ‘kasih’ kesana sini.

Kebayang nggak, jika untuk menjalani liburan hari raya macam ini Anda tidak mendapatkan THR? Yaa minimal, liburan Anda kan tidak bisa dilakukan seperti sekarang ini. Makanya, Alhamdulillah banget kita bisa dapat THR. Nggak cuman kepada Allah sih sebenarnya rasa terimakasih itu. Melainkan juga kepada kantor. Benar, rezeki itu Tuhan yang mengatur. Tetapi kantor kita itu, menjadi jalan mengalirnya. Kalau kantor kita tidak memberikan THR, Tuhan tetap akan memberi kita rezeki. Tetapi, jumlahnya mungkin tidak sama dengan bayaran satu kali gajian kan?
 
Pertanyaannya adalah; kenapa kantor kita bisa memberikan THR? Intinya kira-kira begini; karena kantor memiliki kemampuan finansial yang memadai. Lantas, darimana datangnya kemampuan kantor itu? Dari kinerja dan pencapaian yang bisa diraih oleh perusahaan? Lalu, bagaimana perusahaan bisa meraih pencapaian itu? Dari hasil kerja para karyawannya. Sekarang, coba bayangkan seandainya karyawan di perusahaan itu tidak bisa membantu perusahaan untuk untung. Bisa perusahaan memberi kita THR lagi tahun depan? Nggak bakalan.
 
Inilah pertanyaan yang membuat saya bisa menikmati setiap rupiah yang digunakan untuk menikmati liburan lebaran. Rupiah, yang disediakan oleh kantor untuk kita nikmati. Lezaaat rasanya. Dan inilah juga pertanyaan kontemplatif yang membuat kita selalu rindu kepada pekerjaan kita. Sehingga setelah menjalani masa liburan itu kita bisa langsung bekerja lagi dengan lebih baik. Karena kita sadar, bahwa melalui pekerjaan itulah rezeki yang Tuhan berikan kepada kita itu mengalir. Memang Tuhanlah pada hekekatnya yang memberi rezeki itu. Tetapi, pekerjaan kita itulah yang menjadi jalannya.
 
Kita baru bicara soal THR untuk menjalani ‘gaya hidup ekstra’ dihari-hari khusus seperti itu. Kita belum bicara soal menjalani gaya hidup sehari-hari diluar hari raya. Hari raya mah, cuman sekali dalam setahun kan. Sedangkan kehidupan kita berjalan terus hari demi hari lainnya. Ini yang jarang kita pahami selama ini. Sudah terlampau biasa, sehingga kita tidak selalu sadar jika semuanya itu merupakan anugerah. Padahal, kehidupan kita sehari-hari itu mungkin jauh lebih kritikal dibandingkan dengan sekedar perayaan hari-hari khusus itu. Kita lebih butuh untuk bisa menjalani hari-hari lainnya dengan sejahtera, kan? Lantas, bagaimana menutupi biaya hari-hari biasa kita itu? Dengan gaji yang kita dapatkan setiap bulanlah. Dari kantor kita juga kan?
 
Maka pertanyaan tadi itu berubah redaksi menjadi begini; kenapa kantor kita memberikan gaji bulanan? Intinya kira-kira begini; karena kita bekerja untuk kantor. Lantas, apa dampaknya pekerjaan kita buat perusahaan? Dengan pekerjaan itu, kita berkontribusi kepada pendapatan perusahaan. Lalu, bagaimana seandainya pekerjaan kita dilakukan asal-asalan saja? Kontribusi kita tidak akan optimal. Kalau kotribusi kita tidak optimal, apakah kantor boleh membayar gaji kita tidak penuh setiap bulan? Hmmmh…. ya… bayaran sih nggak boleh dikurangin dong. Pertanyaan terakhir; Jika demikian, bukankah sepatutnya kita berkontribusi secara optimal kepada perusahaan?
 
Pertanyaan-pertanyaan itu terlalu ribet untuk direnungkan. Khususnya oleh orang-orang fragmatis seperti kita ini. Yang gampang buat kita adalah begini saja: Hubungan kita dengan kantor itu adalah simbiosis mutualistik. Artinya, hubungan yang dibangun atas dasar saling membutuhkan. Kita butuh pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan bulanan. Dan kantor, membutuhkan karyawan untuk menghasilkan pendapatan perusahaan”. Seperti halnya kita yang ingin dibayar penuh oleh kantor, maka kantor kita pun ingin agar kita berkontribusi penuh kepadanya. Kita tidak ingin perusahaan mengurangi bayaran kita. Dan perusahaan pun, tidak ingin kita mengurangi kontribusi kita.
 
Perhatikanlah sahabatku, betapa perusahaan tempat kita bekerja itu merupakan ladang nafkah dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarga kita. Pantasnya kan kita menjaganya agar bisa terus bertumbuh dan berkembang. Bisa terus maju. Bisa lebih kompetitif. Bisa semakin sehat. Dan bisa semakin besar. Supaya kita, bisa mendapatkan lebih banyak nafkah lagi dari ladang itu. Memangnya siapa lagi yang bisa membuat perusahaan ini semakin bagus jika bukan kita-kita juga? Jika kita bisa menjaga perusahaan ini dengan sebaik-baiknya, maka minimal kita mempunyai ladang nafkah yang lestari. Lestari karena perusahaan ini bisa berumur panjang. Dan lestari karena sikap dan perilaku kita elok.
 
Mumpung momentnya lagi tepat nih. Kita baru menjalani liburan, dan untuk liburan itu kita mendapatkan tunjangan dari perusahaan. Ayo perbaharui lagi komitmen kita kepada pekerjaan, dan perkokoh lagi sifat amanah kita terhadap tugas dan tanggungjawab yang kita emban. Supaya, kita bisa bertumbuh dan berkembang bersama lahan nafkah ini. Harapannya, jika lahan nafkah kita ini semakin maju; kesempatan buat kita juga semakin banyak. Sehingga penghasilan kita dimasa mendatang juga makin besar. Dan tarap hidup keluarga kita, semakin membaik.
 
Namun sahabatku, lahan nafkah ini hanya akan bisa semakin membaik jika kita bersedia untuk bekerja dengan cara, dengan semangat, dan perilaku, serta dedikasi yang lebih baik. Maka kalau hari ini Anda sudah kembali ke kantor, semoga bukan hanya fisiknya saja. Melainkan mentalnya juga. Sehingga kita siap untuk kembali bekerja dengan lebih baik dari sebelumnya. Dan kita, boleh mengatakan; Office, I am back!
 
Jika sadar bahwa pekerjaan ini merupakan jalan buat mengalirnya rezeki dari Tuhan, maka kita tidak akan tega membiarkannya merana. Kita, akan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Karena jalan nafkah yang baik, bisa mengalirkan rezeki yang lebih baik dan lebih banyak.
 
~ Dadang Kadarusman ~