Rabu, 29 Februari 2012

Tetap Baik Dalam Lingkungan Buruk




Catatan Kepala: ”Sulit sekali untuk menjadi pribadi yang baik jika kita tinggal di lingkungan yang buruk. Namun, jika keadaan tidak memungkinkan untuk keluar dari lingkungan itu, kita masih memiliki kesempatan untuk menjadi pribadi yang baik.”
 
Menyingkir merupakan salah satu solusi ampuh untuk menghindari pengaruh buruk lingkungan. Sayangnya, hal itu tidak selalu praktis untuk dilakukan. Jika rumah kita berada di lingkungan yang kurang harmonis, misalnya. Pindah rumah tidaklah selalu murah. Jika suasana kerja dikantor kita tidak lagi kondusif, pindah kerja juga bukan perkara mudah. Mungkinkah kita bisa tetap memiliki sikap dan perilaku baik jika tetap tinggal di lingkungan sedemikian buruk?  
 
Inilah pertanyaan yang sejak lama mampir di benak saya; “Kenapa, ikan laut tidak ikut menjadi asin?” Meski sepanjang hidupnya ikan itu berendam dalam air asin, namun dagingnya tetap saja tawar. Mungkin ini isyarat yang menunjukkan bahwa – jika mau – kita bisa tetap menjadi pribadi yang baik, meskipun orang-orang disekitar kita pada melakukan keburukan secara berjamaah. Kita, kadang takut tersingkir dari lingkungan jika tidak ikut-ikutan perilaku kebanyakan orang. Jika tidak ‘menyesuaikan’ diri dengan praktek-praktek tak pantas atasan, kita takut karir akan mentok. Jika tidak meniru perilaku tak patut teman-teman, kita akan disisihkan. Hari ini, kita diingatkan kembali bahwa tidak peduli seasin apapun air laut. Seberapa lamapun ikan berendam didalamnya. Daging ikan itu tidak ikut menjadi asin. Dari pelajaran ini kita tahu bahwa; tetap menjadi pribadi yang baik dalam lingkungan yang buruk itu bukanlah sebuah kemustahilan. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menjaga kebaikan pribadi didalam lingkungan yang buruk, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn™),berikut ini:  
 
1.      Dari asalnya asing kembali menjadi asing. Guru kehidupan saya mengajarkan bahwa sebelum para Nabi diutus, manusia hidup dalam masa kegelapan. Dimasa itu, kebaikan seolah menjadi barang asing. Itulah sebabnya mengapa ketika para Nabi datang membawa pencerahan; mereka dimusuhi. Ajaran dan ajakannya dinilai tidak relevan dengan keadaan. Dengan kegigihan para utusan itu kemudian manusia berjalan menuju cahaya. Dibawah bimbingan pribadi-pribadi agung itu orang-orang mulai beralih kepada kebaikan, hingga akhirnya keburukan tersisih sedangkan kebaikan menjadi sebuah kebiasaan. Ketika para Nabi dipanggil pulang, nilai-nilai kebaikan mulai terkikis lagi oleh keburukan yang menjanjikan kemudahan dan gelimang kenikmatan. Sampai akhirnya kebaikan yang dahulu asing itu kembali menjadi asing. Maka tidak perlu terlampau heran jika menyaksikan kompakkan sekelompok orang dalam mempertahankan keburukan. Bahkan tidak malu lagi mempertontonkan kepiawaiannya dalam melakukan keburukan itu. Karena, sudah menjadi fitrah bahwa kebaikan itu akan kembali menjadi barang asing. Namun, ada kabar baik bagi mereka yang masih tetap memiliki nilai-nilai kebaikan didalam dirinya. Karena dia langka. Maka nilainya sangat berharga.
 
2.      Memiliki kemampuan yang bisa diandalkan. Salah satu titik lemah kita adalah keadaan dimana kita merasa tidak berdaya. Kita tidak bisa berbuat apa-apa sehingga apa maunya lingkungan ya terpaksa diikuti saja. Penyebab utama keadaan ini adalah karena kita tidak memiliki kemampuan yang bisa diandalkan untuk meraih kecukupan dalam menjalani hidup. Beda sekali dengan orang-orang yang memiliki kemampuan yang bisa diandalkan. Mereka bisa membawa diri dengan sebaik-baiknya sehingga meski lingkungan buruk menuntutnya melakukan sesuatu, mereka masih bisa menjaga kemandirian. Pengaruh buruk lingkungan tidak bisa menjamahnya. Karena dengan kemampuannya yang bisa diandalkan, mereka tidak menggantungkan diri pada lingkungan yang buruk itu. Mungkin sudah saatnya kita belajar memampukan diri sendiri. Semakin kita sadar belum memiliki kemampuan itu, semakin kita terdorong untuk memulai membangunnya saat ini juga. Mungkin hari ini kita masih bergantung pada lingkungan. Namun, besok lusa, mungkin kita sudah bisa lebih berdaya. Beberapa tahun lagi, Insya Allah kita bisa membebaskan diri dari jerat pengaruh buruk lingkungan. Karena beberapa tahun lagi, mungkin kita sudah memiliki kemampuan yang bisa diandalkan. Lama nian? Tidak masalah. Itu jauh lebih baik daripada pasrah saja, mengikuti arus yang kita tahu tidak betul itu. Yuk, terus melatih diri. Agar perlahan tapi pasti, kita bisa mempersiapkan esok yang lebih baik. Dan lebih berkah lagi.
 
3.      Membuang sifat serakah. Kita ini tidak miskin-miskin amat lho. Semua yang kita dapat cukup untuk menjalani hidup. Sayangnya, kita tetap saja merasa tidak cukup. Kita suka bingung kala membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Sehingga kita sering menginginkan segala sesuatu yang tidak kita butuhkan. Bahkan ketika semua kebutuhan hidup sudah terpenuhi, kita masih saja mengumbar keinginan terhadap ini dan itu. Bukan soal keinginannya yang salah, tetapi menyelaraskan keinginan itu dengan kemampuan aktual kita. Penghasilan kita – misalnya – cukup untuk menempuh hidup yang layak dan bermartabat. Namun gaya hidup kita, melampaui kemampuan sebenarnya. Makanya kita sering kepepet. Sedangkan kata ‘kepepet’ memiliki sahabat karib bernama ‘terpaksa’. Jika sudah ‘kepepet’, tiba-tiba saja kita berada pada situasi yang memungkinkan kita melakukan sesuatu karena  ‘terpaksa’ itu. Melihat bagaimana cara orang lain mengatasi keterpepetan itu, akhirnya kita terpaksa mengikuti mereka. Padahal, selama gigih berusaha dan berikhtiar; maka hidup kita sudah dijamin. Tuhan yang menjanjikan itu, seperti tertera dalam kitab suciNya. Namun, tidak ada ikhtiar yang bisa memenuhi tembolok yang dibuat dari kantung keserakahan. Maka agar bisa terhindar dari pengaruh buruk lingkungan, kita perlu membuang sifat-sifat serakah yang ada didalam diri kita sendiri.
 
4.      Mengajak anggota keluarga untuk tetap baik. Sungguh tidak mudah untuk menjaga agar orang-orang terdekat kita tetap baik ditengah godaan lingkungan yang buruk. Khususnya terkait godaan hedonisme. Pameran barang mewah. Pertunjukan pelesir kesana kemari. Parade gadget keren dan berganti-ganti. Oh. Seperti serangan bertubi-tubi. Kita sendiri, mungkin bisa menangkisnya karena kita tahu persis sampai sejauh mana kemampuan aktual kita. Tetapi, anggota keluarga kita – istri – suami – anak-anak – sanggupkah mereka untuk kuat seperti kita? Pantas jika kitab suci mewanti-wanti; “Jagalah dirimu dan keluargamu….” Benar firman itu adanya. Buktinya, cukup banyak kan orang hebat yang jatuh karena keluarganya? Bahkan penasihat kehidupan rumah tangga pun belum tentu memiliki resep yang ampuh. Karena tak jarang mereka yang terampil menasihati orang lain pun tidak sanggup menolong dirinya sendiri. Maka kita hanya bisa meraba dan mencoba berbagai cara. Khususnya, cara-cara yang tertera dalam kitab yang dibuat melalui wahyu Ilahi. Semoga.
 
5.      Meyakini adanya hari perhitunganHanya dalam film-film kebaikan selalu memenangkan pertempuran melawan keburukan. Dalam dunia nyata, keburukan sering lebih terorganisir, lebih kompak, dan lebih perkasa. Maka dalam dunia nyata, kita sering melihat kebaikan terkapar nyaris sekarat. Sedangkan keburukan berpesta pora diatas singgasana kemegahan berkilau gemerlap. Itulah dunia nyata. Maka ketika memilih untuk menjadi pribadi yang baik, mungkin kita akan berhadapan dengan kenyataan bahwa kebaikan-kebaikan yang kita praktekkan. Maupun nilai-nilai positif yang kita tebarkan. Seolah dikepung oleh kekalahan atas riuh rendahnya keindahan melakukan keburukan. Nikmat dan lezatnya kemunkaran. Nyaman dan menyenangkannya kebatilan. Maka kebaikan pun kalah telak. Itulah dunia nyata. Namun, sungguh beruntung orang-orang yang meyakini adanya hari perhitungan. Karena keyakinan itu memberi kita penghiburan bahwa setiap keburukan yang dilakukan oleh siapapun ada hitung-hitungannya. Demikian pula dengan setiap kebaikan yang ada catatan dan takarannya masing-masing. Maka selama meyakini hari perhitungan itu, hati kita menjadi tenteram. Dan kita tahu, bahwa kebaikan yang kita sedang upayakan ini; tidak membawa kita ke tempat manapun selain pahala yang kelak akan kita peroleh tanpa akhir.
 
Kantor Anda dipenuhi oleh orang-orang yang memamerkan cara-cara buruk? Lingkungan tempat tinggal Anda didominasi oleh perilaku-perilaku kotor? Tidak usah mengeluhkan itu. Cukuplah berfokus kepada 1 hal ini: meniru bagaimana caranya ikan bisa tetap tawar didalam air laut. Tahukah Anda mengapa ikan itu tetap tawar? Tepat sekali. Dia hidup. Maka selama ikan itu hidup, dia akan terus berjuang agar garam diair laut tidak mencemari tubuhnya. Bagaimana dengan kita? Yuk kita meniru sang ikan; selama kita hidup, kita akan terus berjuang agar pengaruh buruk lingkungan tidak mencemari diri kita. Karena selama ikan itu hidup, dia bisa memfungsikan sel khusus untuk menyaring garam. Sel itu bernama ionocyte. Karena selama kita hidup, kita bisa memfungsikan organ khusus yang menyaring keburukan. Organ itu. Bernama. Kalbu. Semoga.   

Catatan Kaki:
Ketika keburukan terlihat dominan didalam lingkungan yang kita tinggali, kita memiliki 2 pilihan; mengikutinya. Atau menjadikannya penguat tekad untuk tetap menjadi baik.


Diambil dari milis Wordsmartcenter
- Dadang Kadarusman -

Senin, 27 Februari 2012

Apa Yang Menyebabkan Karir Seseorang Cemerlang?





Catatan Kepala: ”Ditengah bejibunnya orang yang pusing dengan bayaran rendah, ada sejumlah orang yang terus membangun kecemerlangan karirnya sehingga tidak lagi pusing soal angka yang tertera dalam slip gajinya.”

Kita tidak bisa mengetahui masa depan secara pasti. Tetapi urusan karir, dari dulu saya percaya bahwa kita bisa memperkirakan masa depan. Misalnya, kita bisa melihat orang-orang yang bekerja di sekitar kita. Dan kita, bisa memperkirakan siapa yang akan menjadi manager lalu terus menanjak menjadi senior manager, direktur bahkan presiden direktur. Kita juga bisa memperkirakan siapa yang akan mentok, atau yang hanya akan begitu-begitu saja sepanjang karirnya. Saya pernah melakukan uji coba sendiri, dengan mengamati orang-orang yang bekerja sebagai profesional. Meski tidak 100% akurat, tetapi boleh dibilang ‘hampir 100%” perkiraan saya benar. Tidak butuh menjadi paranormal untuk ‘meramalkan’ masa depan karir seseorang. Cukup melihat sikap, perilaku, dan tindakannya selama bekerja sehari-hari, maka kita bisa ‘meramalkan’ masa depan karirnya. Anda pun bisa menjadi peramal karir. Minimal meramalkan masa depan karir Anda sendiri. Mau?

Kemarin siang sebelum meeting, tanpa diduga saya bertemu dengan seorang sahabat. Hanya sebentar sekali karena kami sedang sama-sama dikejar jadwal masing-masing. Walhasil, hanya sempat bertukar kartu nama. Bahagia saya membaca titelnya sebagai seorang pemimpin puncak sebuah perusahaan di pusat bisnis mentereng kelas atas. Saya mengenal sahabat saya itu sejak masuk kampus dulu. Meskipun sudah jarang bertemu, saya memperhatikan beliau dari jauh. Membaca perkembangannya di jejaring para profesional. Hingga kemarin, saya bertemu beliau sekali lagi. Bagi saya, beliau adalah salah seorang model profesional yang dengan tekun membangun karirnya setapak demi setapak sampai berada di puncak. Ditengah bejibunnya orang yang pusing dengan bayaran rendah, ada sejumlah orang yang terus membangun kecemerlangan karirnya sehingga tidak lagi pusing soal angka yang tertera dalam slip gajinya. Ini adalah pertanda bahwa mereka mengetahui cara yang kebanyakan orang lain tidak mengetahuinya. Kita butuh berguru atau meniru orang-orang seperti itu. Khususnya ditengah hiruk pikuk protes dan kekesalam begitu banyak karyawan soal bayaran atau jenjang karirnya yang tidak kunjung memperlihatkan perbaikan. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar dari mereka yang berhasil membangun karir cemerlangnya, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsipNatural Intelligence (NatIn™)berikut ini:  

1.      Memiliki visi terhadap masa depan karirnya sendiri. Bukan hanya perusahaan yang membutuhkan visi. Kita pribadi pun demikian. Mengapa? Karena visilah yang bisa memberi kita kekuatan untuk terus melangkah maju ketika tiba masa-masa sulit atau jebakan berbagai godaan. Kehidupan kerja kita, tidak selamanya mudah. Namun, setiap kali berpegang teguh pada visi; semua cobaan itu menjadi semakin kecil. Selama bekerja, kita juga dihadapkan pada banyak godaan. Banyak sudah orang yang kepeleset. Namun, selama kita mengingat visi pribadi kita, maka kita akan sanggup berkelit agar terbebas dari jerat yang bisa menodai perjalanan karir kita. Bukankah banyak orang cemerlang yang berguguran hanya karena ketahuan melakukan satu kesalahan fatal dalam karirnya? Bangunlah visi pribadi yang kokoh untuk masa depan karir Anda. Maka Insya Allah, Anda bisa lebih sanggup untuk menghadapi beratnya cobaan, dan mengatasi semenggiurkan apapun godaan.

2.      Terus belajar dan meningkatkan kapasitas diri. Saya memperhatikan orang-orang yang saat ini menduduki posisi-posisi penting dalam karirnya. Menelisik ke belakang sewaktu mereka baru memulai karir itu sebagai fresh graduate alias belum berpengalaman apapun. Ternyata, mereka tidak beda banyak dengan kebanyakan orang lainnya. Sama grogi dan culunnya seperti kita. Ilmunya juga tidak terlampau jauh dari kita. Tetapi, mereka melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh kebanyakan orang pada umumnya, yaitu; terus belajar dan meningkatkan kapasitas diri. Begitu banyak orang yang merasa cukup dengan semua pengetahuan dan keterampilan kerja yang dimilikinya. Sehingga dengan semua kehebatannya itu, mereka merasa sudah memuncaki kualitas profesionalnya. Tak jarang mereka mempermasalahkan; kenapa gue yang hebat ini dibayar segini doang!?. Beda banget dengan orang-orang yang patut menjadi model yang saya sebutkan tadi. Meskipun ilmunya semakin tinggi, mereka tidak pernah merasa sudah tinggi. Mereka teruuuus saja meningkatkan kualitas profesionalismenya. Makanya, orang yang merasa hebat dan canggih sering ketinggalan oleh mereka yang terus mengasah diri. Karena mereka yang terus belajar dan meningkatkan diri menapaki tingkatan yang semakin tinggi dan tidak tertandingi.

3.      Menbuat kinerja tinggi dengan optimalisasi diri. Setiap karyawan dipekerjakan untuk mengkontribusikan kinerja dalam kadar tertentu. Tertera dalam job descriptonnya, dan dipaparkan secara detail melalui strategic objective tahunannya. Banyak orang yang kinerjanya bagus, memang. Namun kebanyakan orang mendedikasikan  kinerja tinggi itu hanya untuk uang semata. Maka ketika imbalan yang diterima mereka nilai tidak sepadan dengan kontribusi yang mereka berikan kepada perusahaan, mereka kemudian ‘mengerem’ kinerjanya hingga menjadi biasa-biasa saja. Maka kinerja tingginya pun segera berakhir. Para model profesional itu berbeda. Mereka tidak memusingkan soal imbalan sekarang. Karena mereka percaya bahwa ada hal yang lebih penting dari sekedar imbalan, yaitu; aktualiasi dari kemampuan dirinya. Mereka terus saja fokus kepada usaha-usaha mengoptimalkan kapasitas diri. Makanya, tidak heran jika kinerja tingginya tidak terpengaruh oleh faktor luar. Dalam jangka pendek, mungkin tidak ada bedanya imbalan yang mereka terima dengan apa yang didapatkan oleh orang lain yang bekerja biasa-biasa saja. Namun dalam jangka panjang, cepat atau lambat mereka akan memperoleh perbedaan secara signifikan.

4.      Membangun reputasi 360 derajat. Karir seseorang tidak bisa dibangun hanya dengan reputasi baik dihadapan orang-orang terntentu. Mungkin memang ada orang yang karirnya menanjak hanya karena reputasi baik didepan atasannya belaka. Namun tetap saja, karir yang dibangun dengan reputasi 360 derajat jauh lebih berbobot dan lebih lestari. Apa artinya reputasi 360 derajat itu? Yaitu reputasi tinggi yang kita bangun dihadapan semua orang yang berkaitan dengan karir kita. Bukan hanya bagus dihadapan atasan, melainkan juga bagus dimata kolega, bawahan, departemen lain, pelanggan, bahkan pesaing-pesaing kita. Pendek kata, reputasi yang dibangun dihadapan orang-orang sekeliling kita. Orang yang berhasil membangun reputasi 360 derajat ini pada saatnya kelak akan berhasil memanen buahnya berupa kepercayaan dan kesempatan yang tidak dipertanyakan keabsahannya. Karena semua orang tahu, bahwa dia memang layak mendapatkannya. Jika belum terasa manfaatnya, konsisten dan bersabar saja.

5.      Tetap rendah hati meski memiliki posisi tinggiDiantara orang-orang yang berhasil membangun karir cemerlangnya, memang ada banyak yang sombong, angkuh dan lupa diri. Namun, sejauh yang saya ketahui sebagian besar diantaranya justru adalah mereka yang tetap rendah hati. Mereka tidak merendahkan orang lain hanya karena posisinya lebih tinggi. Justru mereka memuliakan orang lain dengan jabatan tinggi yang disandangnya. Lagi pula, jika posisi kita sudah tinggi; mengapa kita harus bersikap tinggi hati, kan? Karena tanpa diminta pun orang lain akan menghormati kita. Hanya saja, apakah penghormatan orang lain itu tulus atau tidak; sangat ditentukan oleh cara kita membawakan diri. Kita mungkin menaruh hormat kepada orang berposisi tinggi namun tinggi hati. Namun, kita kan tidak tulus menghormati mereka. Beda sekali dengan rasa hormat yang kita berikan kepada orang yang berposisi tinggi namun tetap rendah hati. Mereka benar-benar layak mendapatkan penghormatan setulus hati. Itulah sebabnya, mengapa hati kecil kita sering berharap orang tinggi hati segera diganti oleh orang-orang yang berkualitas tinggi namun tetap rendah hati.

Orang bilang, sulit sekali membangun karir di zaman yang penuh persaingan ini. Anggapan itu hanya cocok bagi orang-orang yang tidak mengetahui caranya. Sedangkan bagi orang-orang berilmu, kenaikan jenjang karir itu seperti naik tangga sebuah gedung yang indah. Perlahan tapi pasti. Setapak, demi setapak. Hingga akhirnya bisa sampai ke puncak. Bahkan, diantara mereka ada yang tahu jalur cepatnya. Maka seperti naik lift saja, mereka bisa menuju kesana dengan cara-cara yang mengagumkan. Jika kita masih merasa sulit membangun karir ini. Atau tergoda untuk menyalahkan boss dan lingkungan kerja yang tidak mendukung, mungkin sudah saatnya untuk belajar kepada mereka yang mengetahui bagaimana cara mengatasinya. Carilah orang-orang seperti itu.

Catatan Kaki:
Bukan tidak mungkin untuk menapaki jejang karir yang lebih tinggi. Barangkali kita tidak tidak tahu caranya saja. Atau tidak bersungguh-sungguh menapaki jalannya.

Diambil dari milis Wordsmartcenter- Dadang Kadarusman

Jumat, 24 Februari 2012

Momen Yang Bikin Cowo' Kehabisan Kata - kata




Ternyata tidak semua hal bisa diungkapkan dengan kata-kata. Cowok bukanlah makhluk verbal seperti cewek yang kuat dalam indera pendengaran dan dalam berbicara. Sebaliknya cowok adalah makhluk visual yang lebih senang melihat. Terkadang cowok juga bisa kehabisan kata-katanya. Mengapa

Dalam beberapa hal, cowok cenderung memilih bungkam dan tidak memberi komentar, meski mungkin hati mereka sedang menjerit tak karuan saat itu. Lalu dalam hal apa saja cowok memilih bungkam dan membisu seribu bahasa? Berikut jawabannya…

1. Saat Cemburu
Reaksi cowok saat cemburu memang bermacam-macam ada yang langsung marah kepada pasangannya dan ada yang memilih bungkam atau ngambek. Cowok jarang bilang terus terang kalau dirinya sedang cemburu. Bahkan mereka kerap kali mengelak saat ditanya apakah ia cemburu atau tidak. Mangkanya cowok lebih memilih bungkam saat cemburu.

2. Saat penampilan Anda wow
Cowok cenderung akan bungkam dan takjub saat melihat penampilan Anda yang begitu cantik saat mau kencan. Cowok akan terus terkagum dan tidak mampu mengatakan apapun kepada Anda. Dia akan terus memandangi Anda tanpa memberikan kata-kata.

3. Saat Jatuh Cinta pada Anda
Ada cowok yang mudah mengumbar kata cinta pada setiap cewek, tapi ada juga cowok yang sulit mengakui dan mengatakan kalau ia sebenarnya sedang jatuh cinta pada Anda. Saking cintanya, terkadang cowok itu tidak bisa berkata apa-apa saat bersama kamu. Ternyata, ada beberapa cowok yang tidak mampu mengatakan kalau dirinya cinta pada Anda. Jangankan berkata, berdekatan dengan Anda juga dia tidak bisa karena jatungnya selalu berdebar kencang saat ada di samping Anda.

4. Saat Anda Memujinya
Cowok juga bisa tersipu malu saat mendapat pujian. Meski hatinya berteriak kegirangan, namun ia akan tetap berusaha menyembunyikan rasa senangnya itu. Entah dengan cara mengalihkan perhatian Anda dengan hal yang lain atau dengan tersenyum tanpa kata-kata yang keluar.

5. Saat Anda marah-marah tidak jelas
Cowok jadi merasa tidak bisa berkutik saat melihat Anda marah-marah tidak jelas. Mungkin dia akan bertanya pada Anda mengapa Anda marah. Namun, ketika jawaban yang Anda berikan padanya kurang memuaskan, maka ia akan diam dan menarik diri sampai Anda benar-benar tenang.