Senin, 29 Juli 2013

5 Rumah Hemat Bergaya Modern Ala Jepang


Vemale.com - Impian memiliki rumah sendiri saat berkeluarga adalah mimpi setiap pasangan. Memilih ukuran rumah, tipe dan model apa nantinya rumah yang akan ditempati kadang sudah membuat pusing. Belum lagi kita sebagai wanita pasti menginginkan rumah yang berisi perlengkapan yang akan menunjang semua kebutuhan rumah tangga. Masalah belum selesai dengan itu saja, kita juga harus memikirkan di mana rumah baru akan di bangun dan sudah siapkah dana untuk membangunnya.
Kalau ternyata rumah yang kita ingin menghabiskan dana lebih dari yang disiapkan, haruskah kita mundur untuk membatalkan rencana bahagia itu? Tenang ladies, memiliki rumah impian tidak perlu luas, harga pas di kantong bisa kita sikapi dengan membangun rumah yang minimalis tapi tetap dengan fasilitas yang lengkap.
Beberapa model rumah unik minimalis bergaya modern ala Jepang ini mungkin bisa menjadi inspirasi rumah baru Anda. Tak ada lahan yang terbuang percuma, rapi, lengkap dan yang pasti mini. Menghemat biaya juga sudah pasti.



Rumah persegi panjang ini terlihat biasa dari luar tapi menakjubkan di dalam. Siapa sangka rumah ini memiliki garasi, meja makan, kamar dan juga ruang keluarga. Tertarik model rumah yang satu ini? Tak perlu bingung lahan ataupun lokasi yang luas untuk membangunnya, cukup dengan sebidang tanah dan juga kreativitas tinggi untuk membuat rumah ini. 


Rumah hemat yang satu ini berbentuk layaknya roti lapis yang padat. Bahkan agak berbentuk segitiga yang aneh, uniknya lagi rumah ini berada di pinggiran jalan. Terdiri dari 3 tingkat, lantai satu yang memang minim jendela ini bisa kita pilih menjadi kamar tidur.

Rumah yang dirancang oleh Ryue Nishizawa ini ingin memberikan angin segar dengan membawa nuansa hijau di antara padat dan mahalnya harga tanah di Jepang sana. Ingin membuat rumah yang memiliki taman seindah the garden house? di antara ruangan coba beri bunga atau tanaman dalam ruangan. Pasti akan membawa angin segar pada rumah anda.






Rumah paling minimalis yang bisa kita temui di Jepang adalah rumah buatan Jo Nagasaka and Toshiharu Ono. Mereka memang bertujuan untuk membuat rumah yang cocok untuk segala bentuk lahan dan bentuk lokasi rumah akan didirikan. Selain karena minimalis sederhana rumah mini juga memberi kita pemandangan dari sudut yang berbeda.


Akan cukup mengejutkan kalau Anda berkunjung ke rumah satu ini, dari luar begitu biasa saja tapi di dalamnya kombinasi antara minimalis dan taman yang segar. Walau super kecil tapi membuat seluruh rumah memiliki cela dan sisa yang bisa dimanfaatkan. Mencoba trik terlihat luas dari rumah ini bisa membuat rumah kita lebih segar.

- www.vemale.com -

Minggu, 28 Juli 2013

Galau Itu Pertanda Bagus



Lah, galau kok dibilang pertanda bagus? Memang iyya. Soalnya, ketika mengalami galau sebenarnya kita menginginkan sebuah perubahan kan? Galau itu menunjukkan bahwa kita tidak nyaman dengan kondisi saat ini, dan menginginkan sesuatu yang lebih baik dari ini kan? Semua Nabi suci yang diutus Allah – sejauh yang saya pahami melalui kisah-kisahnya dari para guru dan kitab suci – menapaki seluruh perjalanan panjang kenabian mereka dengan kegelisahan didalam hati. Sama seperti kita. Bedanya, jika kita gelisah soal penghasilan, soal kenaikan jabatan, soal beratnya pengeluaran, atau pun soal sulitnya mencicil hutang-hutang; kalau pada Nabi itu gelisah oleh panggilan hati nuraninya yang menginginkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kita bukan nabi. Tapi, ada beberapa hal yang bisa kita tiru dan terapkan. Apa itu?
 
Pas di bagian ‘menjadi pribadi yang lebih baik’-nya itu yang bisa kita contoh. Saya tidak punya kepentingan untuk mempertanyakan keyakinan dan agama Anda. Sudah sajalah, itu hak pribadi masing-masing. Tetapi selama Anda meyakini Tuhan yang sama, pasti ajaran sebenarnya yang datang dari Tuhan kita semua itu sama kan? Dan soal nabi-nabi pun ceritanya kira-kira sama. Nabi yang Anda imani, mungkin juga adalah Nabi yang tertera dalam daftar para Nabi yang saya imani. Jadi, meskipun agama kita mungkin beda; selama kita masing-masing berani meneladani nabi-nabi yang kita imani; maka kita pasti bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.
 
Betapa tidak. Semua Nabi. Dari yang paling miskin selama menjalani hidupnya hingga yang paling kaya adalah pribadi-pribadi mulia yang senantiasa gelisah untuk terus memperbaiki dirinya sendiri. Mereka, senantiasa bertanya kepada Ilahi tentang itu dan ini. Hingga tidak bosan-bosannya malaikat berbolak-balik turun naik antara langit dan bumi untuk menyampaikan jawaban yang Tuhan berikan atas setiap pertaanyaan suci yang dilantunkannya dalam dzikir-dzikir mereka yang nyaris tiada henti. Maka wajar, jika para Nabi yang kita imani itu meskipun sudah menjadi pribadi mulia, tapi teruuuuus saja mencari hikmah atas setiap kejadian yang ada disekelilingnya.
 
Mereka sedemikian pekanya dengan apa yang ada disekitarnya. Mereka berpikir dan terus berdzikir. Menemukan makna dalam setiap peristiwa yang ada. Kitab suci menyebut mereka sebagai ulil albab. Sebutan untuk orang-orang yang tidak melewatkan sedikitpun peristiwa untuk digali dan dicari hikmahnya. Karena Allah pun telah memfirmankan bahwa dalam setiap penciptaan di langit dan dibumi serta apa yang ada diantara keduanya terdapat tanda-tanda kebesaran Ilahi bagi ulil albab. Berapa banyak yang Tuhan sudah ciptakan? Nyaris tiada berbilang. Berapa lama proses belajar untuk memahami semuanya?
 
Maka itulah pula sebabnya Rasulullah menyampaikan bahwa proses belajarnya seorang hamba adalah dari buaian hingga liang lahat. Kita? Sering sudah merasa cukup dengan apa yang kita ketahui. Padahal boleh jadi bukan itulah pengetahuan yang sebenarnya. Nggak cukup begitu, kita masih merasa paling benar dibandingkan dengan orang berilmu lainnya. Ditambah lagi dengan kegagahperkasaan kita untuk mengklaim diri sendiri sebagai yang terbaik. Para Nabi, mencontohkan untuk terus galau memikirkan dan merenungkan. Untuk terus mengoreksi diri. Untuk terus menggali dan mencari.
 
Dizaman sekarang, mikirin pekerjaan saja sulit sulit ya? Mengapa lagi mesti dibebani dengan kewajiban agama segala? Begitu tuch jadinya jika kita mengira kalau agama itu tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Justru dalam agama diajarkan bagaimana kita berkarya dengan sebaik-baiknya. Sia-sia setiap amalan atau pekerjaan yang kita kerjakan secara asal-asalan. Lakukanlah setiap pekerjaan dengan sepenuh kesungguhan sehingga lewat pekerjaan itu tercermin siapa dirimu yang sesungguhnya. Dari hasil pekerjaan itu terlihat betapa Tuhan telah menciptakan dirimu sedemikian sempurnanya sehingga mampu membuahkan hasil karya yang sedemikian indahnya. Itu ajaran agama.
 
Ketika memegang amanah di kantor, maka jalankan amanah itu sebaik-baiknya. Hindari mengkhianati kepercayaan yang sudah diberikan kepada kita. Buang jauh-jauh sifat menyalahgunakan kewenangan yang sudah diletakkan di pundak kita untuk hal-hal yang tidak sepatutnya. Ajaran agama apa bukan tuch? Agama banget. Intinya. Kita bisa menjadi pekerja yang sangat bagus justru ketika kita memahami apa yang dicontohkan oleh para Nabi yang kita imani dalam cara mereka menjalani kehidupannya sehari-hari. Kenapa dibanyak kantor bejibun orang-orang yang tidak amanah? Itu karena mereka meninggalkan ajaran para nabinya. Kenapa dibanyak tempat begitu banyak orang yang tidak takut mengambil sesuatu yang bukan haknya? Jelas sekali dong. Mereka meninggalkan akhlak mulia yang diajarkan oleh para nabinya.
 
Gelisah hati para Nabi jika sedetik saja mereka jauh dari tuntunan Ilahi. Gelisah pula hati mereka jika belum memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukannya dirdoi Ilahi. Kita? Tergetar nggak hatinya kalau bekerja malas-malasan. Asal-asalan. Bahkan. Ketika kita berani melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak patut kita lakukan selama menjalani pekerjaan? Galau mestinya kita, untuk selalu tahu dan memastikan bahwa selama menjalani pekerjaan ini kita sudah melakukan dengan sebaik-baiknya.
 
Kenapa? Karena setiap kali kita galau untuk melakukan perbaikan, hal yang sudah baik pun bisa jadi lebih baik lagi. Didalam teori manajemen modern, itu disebut sebagai Continuous Improvement. Anda boleh percaya bahwa prinsip itu sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW melalui sabdanya; “Jika hari ini engkau lebih buruk dari hari kemarin, maka engkau bangkrut. Jika hari ini engkau sama seperti hari kemarin, maka engkau rugi. Dan jika hari ini engkau lebih baik dari hari kemarin, maka engkau beruntung…..” Nah galau yang seperti itu tuch yang pertanda bagus itu.
 
Catatan Kaki:
Galau itu sama seperti hal lainnya. Namun, jika kegalauan itu muncul dari dorongan untuk selalu meningkatkan kualitas pribadi, itu merupakan pertanda yang baik.
 
-Dadang Kadarusman-
 

Kamis, 18 Juli 2013

Mengemudikan Stir Karir




Jika boleh diumpamakan, menjalani pekerjaan ini seperti mengendarai sebuah mobil. Akan menuju kemana dia, sangat bergantung kepada orang yang memegang kendali pada stirnya. Jika kita percaya bahwa ini adalah pekerjaan kita, maka kita pun mesti menyadari bahwa ini adalah ‘kendaraan’ milik kita sendiri. Dan karena ini adalah kendaraan kita sendiri, maka kitalah yang memegang kendali; mau diarahkan kemana karir kita ini? Perhatikan mobil atau motor milik Anda. Apakah Anda menyerahkan begitu saja kepada orang lain untuk mengendarainya kemana saja mereka suka? Tidak dong pastinya. Anda, akan dengan penuh rasa percaya diri mengambil kendali mesti kemana mobil atau motor itu menuju. Bagaimana dengan karir Anda? Apakah Anda yang menentukan arah perkembangannya dimasa depan? Ataukah Anda menyerahkan kendalinya kepada orang lain?   
 
Pekerjaan sebagai trainer memungkinkan saya bepergian ke berbagai tempat. Kadang lokasinya cukup jauh dari bandara. Sehingga bisa menghabiskan berjam-jam lagi perjalanan lanjutan. Kondisi ini memberi kesempatan berbicang-bincang dengan pengemudi yang bertugas untuk mengantar dan menjemput saya. Masing-masing orang punya cerita. Namun dalam hal profesi mengemudi ini, mereka punya tema yang sama. Yaitu; bagaimana mereka menjalani profesinya. Tampaknya sih memang gampang ya. Hanya mengemudikan kendaraan saja. Sebuah tindakan yang bisa dilakukan hampir oleh siapa saja, dan dari kalangan mana saja. Tapi, melalui berbagai perbincangan itu saya paham bahwa; pekerjaan mereka itu tidak semudah kelihatannya.
 
Pekerjaan Anda dan saya kira-kira begitu juga kan ya. Tampaknya sederhana saja. Tetapi kenyataannya, tidak semua orang bisa menjalaninya dengan gairah yang menggelora. Komitmen yang tinggi. Maupun kecintaan yang murni. “Persoalannya sih bukan kurang gairah, rendah komitmen atau nggak cinta. Tapi, apalah gunanya gairah kalau, imbalannya tak menggairahkan kan? Apa artinya komitmen jika hasilnya tidak sepadan. Dan apa juga nilainya cinta jika kenikmatan yang didapat darinya tidak sesuai harapan.”  
 
Anda kadang bertanya demikian? Tidak sepenuhnya salah sih. Tetapi, mari kita simak pelajaran apa yang saya dapat dari para sopir itu. “Anda mulai bekerja dari jam berapa?” Demikian saya bertanya. Dan dijawabnya bahwa jam 8 harus sudah tiba di kantor boss. Kalau telat sedikit saja, katanya, maka boss akan menyuruhnya pulang. Kalau disuruh pulang begitu, berarti hari itu dia tidak bisa mendapatkan penghasilan untuk menafkahi keluarganya. Bagaimana dengan kita? Kayaknya, terlambat datang ke kantor sudah menjadi budaya ya? Melenggak lenggok saja kita, karena toh tidak ada resikonya. Ini menunjukkan bahwa kondisi kerja kita, masih jauh lebih baik daripada para sopir yang pernah menjemput saya itu.
 
“Pulang ke rumah paling cepat jam berapa?” demikian pertanyaan saya yang lainnya.
“Ya… tak tentu lah Pak…” demikian rata-rata mereka menjawab.  Tetapi, semua sopir yang saya tanya bisa dipastikan tidak ada yang bisa pulang ke rumahnya lebih cepat dari jam 8 malam. Kebanyakan kita, sudah boleh meninggalkan kantor jam 5 sore kan? Untuk teman-teman di daerah, mungkin sudah bisa tiba kembali ke rumah sebelum beduk magrib. Teman-teman yang berkantor di Jakarta agak beda. Boleh jadi, sampai ke rumah jam tujuh atau lebih. Para sopir itu, meskipun di daerah tidak bisa pulang lebih cepat dari jam delapan malam. “Itu pun jarang kalilah Pak…” tambahnya lagi.
 
“Jarang bagaimana maksud Bapak?” Saya kembali bertanya.
“Yaaah kita kan mesti kejar setoran Pak. Kalau belum dapat, ya tidak bisa pulang…” jawabnya. “Ya kita tunggulah penumpang itu di bandara. Siapa tahu kita bisa dapat sewa kan?” katanya lagi. Kalau beruntung katanya mereka bisa mendapatkan orang yang mau menyewa jam 8 malam di bandara. Lalu mengantar ke lokasi, dan bisa pulang ke rumah sekitar jam sebelas malam. Kita yang bekerja di kota, memang kadang pulang sampai larut malam juga. Tapi, kita mengalaminya kadang-kadang saja. Kalau orang-orang yang saya bisa berbincang ini justru pulang jam 8 malam itu yang kadang-kadang.
 
“Tapi kalau kami ndak beruntung ya nunggulah sampai penerbangan terakhir yang jam 11 itu…” katanya lagi. Jika mereka dapat penumpang pada penerbangan terakhir itu, maka mereka bisa sampai ke rumah sekitar jam 3 pagi. Allahu Akbar, demikian saya terpekik didalam hati.
 
“Alhamdulillah kan kita dapat rezeki,” demikian saya merespon. Entah itu respon yang tepat, atau sekedar terucap karena tidak tahu mesti berkata apa lagi.
 
“Ya tidak mesti juga Pak…” jawaban itu sungguh tidak terduga.
“M-maksud Bapak?” Spontan saya bertanya begitu.
“Kalau nggak ada sewa – maksudnya orang yang mau menggunakan jasa mereka – maka kami tidur pula di bandara….” Katanya.
 
Ya Allah…, demikian batin saya setengah menjerit.
Perasaan. Seberat-beratnya pekerjaan saya dulu. Tidak pernah mesti sampai menginap dikantor. Ada sih periode yang berat. Misalnya ketika kami mesti membuat laporan keuangan ke kantor pusat. Atau ketika sedang ada project yang benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Tapi, perasaan sih kantor kami menyediakan penginapan yang layak. Kantor Anda juga begitu kan? Sedangkan para sopir itu ya tidurnya di jok mobilnyalah. Saya pernah merasakan bagaimana tidur di mobil. Ketika pergi berkemah digunung. Terus hujan lebat sehingga tenda kebanjiran. Lalu mengungsi kedalam mobil. Dan tahu persis bahwa tidur di jok mobil itu tidak begitu nyaman.
 
“Berapa bisa bawa pulang uang ke rumah?” pertanyaan saya kali ini sudah nakal sekali.
“Setelah dipotong setoran, minyak, bayar agen ya….dapatlah lima puluh ribu Pak,” katanya. Jawabannya membuat hati saya kembali menyebut nama Allah. Gaji saya dulu waktu masih menjadi salesman, juga tidak besar. Tapi pekerjaan saya, tidak seberat itu. Anda juga kan? Zaman sekarang UMR pun sudah lebih baik lagi. Dan untuk mendapatkannya, kita tidak mesti bekerja seperti para sopir itu. Alhamdulillah….
 
Dalam salah satu perjalanan itu, saya meminta sopir yang mengantar ke Bandara untuk mampir ke rumah makan. “Tolong cari yang paling enak ya Pak…” demikian saya  meminta. Ada yang enak sekali katanya, tapi setelah melihat ketersediaan waktu menjelang penerbangan saya tampaknya tidak cukup. Bisa terlambat kalau dipaksakan. “Bagaimana kalau kita ceck-in dulu sekarang, lalu kita pergi ke restoran itu?” maklum orang kota kan suka asal njeplak saja kalau meminta sesuatu. Tidak memikirkan dampaknya bagi orang yang mendengarnya.
 
Pak sopir itu berpikir beberapa saat, lalu katanya….”Nampaknya bisa juga Pak…” Lalu kendaraan kami pun melaju menuju ke Bandara. Sesampainya di Bandara, ternyata kondisi tidak seperti yang saya kira. Didaerah, fasilitasnya kan tidak seperti di kota. Early check-in tidak memungkinkan disini. Mesti nunggu 2 jam sebelum penerbangan. Padahal, tujuan saya justru ingin early check-in itu agar bisa pergi makan enak di restoran. Tapi mau bagaimana lagi kan? Saya tanya pak sopir. “Masih bisa Pak…” katanya. Sehingga saya pun menunggu sampai konter check-in dibuka setengah jam lagi. Setelah bisa ceck-ini, kami langsung meluncur ke restoran itu.
 
Tidak akan saya ceritakan soal nikmat, lezatnya sajian di restoran itu. Tapi akan saya ceritakan bagaimana selama perjalanan menuju dan kembali dari restoran itu pak sopir berkali-kali ditelepon. “Siapa itu?” saya bertanya. Dijawabnya bahwa itu orang kantor. “Kenapa mesti sesering itu mereka menelepon?” Jawabannya lebih mengejutkan lagi.
 
Orang kantor mengingatkan terus untuk memastikan saya tidak ketinggalan pesawat. Katanya, saya sekarang sepenuhnya menjadi tanggungjawabnya. Jika sampai terlambat maka dia harus mengganti tiket pesawat saya. Ya Allah. Padahal pergi ke restoran itu kan saya yang mau. Bahkan ketika kami sudah kembali ke bandara, sopir kami pun masih juga menerima telepon peringatan itu. “Bapak pernah mengganti tiket pesawat beneran?” saya bertanya.
“Pernah Pak,” jawabnya. “Satu juta delapan ratus ribu, Pak…” katanya.
Ya Allaaaaah, kali ini suara saya tidak bisa dipendam didalam hati. “Terus gimana dong?” demikian saya lampiaskan rasa penasaran.
 
“Dipotong penghasilan setiap hari sampai lunas Pak…”
Oh, Allah. Cukup. Saya sudah cukup mengerti pesan yang hendak Engkau sampaikan melalui kisah sopir pengantar saya ini. Tidak pernah terbayangkan selama ini jika ada orang-orang yang mesti bekerja dan pagi buta hingga bertemu pagi buta berikutnya. Hanya untuk mendapatkan 50 ribu rupiah nafkah keluarganya. Meski kadang bisa dapat lebih dari itu. Tapi, itu pun masih harus dipotong lagi untuk membayar biaya-biaya ini dan itu.
 
Sahabatku. Saya yakin. Jika Anda bisa membaca artikel saya. Anda bukan level pekerja seperti yang saya ceritakan. Anda, pasti punya pekerjaan yang kondisinya lebih baik dari mereka. Saya juga sama seperti Anda. Tetapi, kita. Kurang sering lupa mensyukuri pekerjaan ini. Sehingga jika karir kita tidak berkembang, ada banyak pihak yang bisa disalahkan. Jika penghasilan kita tidak memadai, ada orang yang bisa diadili. Padahal, selain karir kita ini lebih baik dari banyak sekali orang lainnya. Kita juga adalah pemegang stir kendaraan karir ini. Tidak seperti para sopir itu. Yang selain mesti menyetir kemana saja yang penumpangnya inginkan, mereka juga diganjar dengan imbalan yang tidak selalu sepadan.
 
Kita, bagaimanapun juga. Jauh lebih beruntung dari mereka. Karena selain kondisi kerja kita lebih baik. Bayaran yang lebih layak. Kita juga bisa menyetir kendaraan karir ini kearah mana saja yang kita suka. Tinggal kita syukuri lebih banyak. Dan kita mengambil keputusan untuk mengemudikannya kemasa depan yang lebih baik. Karena sahabatku, kita sendirilah yang mengemudikan stir karir ini. Dan kita akan lebih lega. Lebih bahagia. Lebih merasa bermakna. Jika mengemudikan stir karir ini, dalam rasa syukur.
 
-Dadang Kadarusman-

Jumat, 12 Juli 2013

Meraih Rezeki Yang Mulia




Anda tahu nggak, berapa harga sekilo gula pasir sekarang? Atau seikat bayam. Kalau tiga butir tomat? Jika Anda tidak tahu, coba saja tanyakan kepada istri Anda di rumah. Atau, boleh juga bertanya kepada pembantu rumah tangga Anda yang setiap pagi bertemu dengan tukang sayur keliling. Ini bukan untuk membuat Anda pusing. Tetapi, setidaknya kita bisa menyadari apa yang saat ini tengah terjadi. Sebab bagaimana pun juga, orang yang sadar bisanya lebih waspada daripada mereka yang tidak menyadari apa yang terjadi disekelilingnya, bukan?
 
Pagi itu, saya sedang asyik didepan komputer. Ide-ide beterbangan mengitari kepala saya. Dan jemari tangan ini terus menari diantara toots-toots keyboard. Tiba-tiba terdengar istri saya berbicara dengan asisten rumah tangga kami di rumah. “Bu, harganya jadi 70 ribu…,” katanya.
 
“Emangnya apa saja yang dibeli Mbak?” balas istri saya.
“Sayur sama bumbu-bumbu, Bu….” Jawab si Mbak.
“Sekarang beli sayur dan bumbu saja sudah tujuh puluh ribu?” demikian terdengar suara istri saya lagi. “Baguuuuuuuussss…..” tambahnya.
 
Pas kata ‘bagus’ itu, saya seperti sedang mendengar sebuah nyanyian dari lagu melayu di tahun delapan puluhan. Mengalun merdu mendayu-dayu. Tapi seperti para suami lainnya dong; saya tidak mau terlampau ambil pusing dengan urusan harga sayuran.
 
“Coba kamu tanya Yono, ini harganya berapa aja…” terdengar lagi suara istri saya. “Ibu nggak akan nawar. Cuma pengen tahu aja harga masing-masingnya berapa.” Lanjutnya. Yono itu tukang sayur keliling langganan kami. Setelah terdengar suara ‘iya bu’ saya tidak mendengar apa-apa lagi.
 
Ketika ada kesempatan jeda, saya beranjak dari meja kerja. Sudah tidak ada pikiran apa-apa lagi soal harga sayur itu. Namun, maklum rumah kami ini ‘dekat kemana-mana’ gitu loh, sehingga akhirnya melintas juga ke dapur. Lalu secara reflex saya melirik kearah belanjaan si Mbak. Dan ketika melihat apa saja yang bisa dibeli dengan tujuh puluh ribu rupiah itu… saya jadi miris sendiri. ‘Gile, belanjaan seuprit begini menghabiskan uang sebanyak itu?’. Sungguh, itulah yang terbersit dibenak saya.
 
Alhamdulillah. Hingga hari ini, Allah membukakan pintu rejeki untuk kami agar bisa hidup dengan normal. Cukup saja untuk memenuhi kebutuhan hidup bergaya sederhana. Yaaa.. seperti masyarakat Indonesia pada umumnya lah. Alhamdulillah, pokoknya. Sekalipun begitu, tetap saja ada pertanyaan dalam hati; apakah sudah sedemikian tingginya biaya hidup kita dizaman ini? Bukan soal kebayar atau tidak sih. Tetapi, memikirkan betapa harga-harga bergembira ria dan berlompatan hingga berterbangan keangkasa raya begitu rasanya ada sesuatu yang tengah terjadi di dunia yang kita huni ini.
 
Kenyataannya, penghasilan kita rata-rata kan tidak bisa naik seperti terampilnya harga-harga itu menapaki tangga ke puncak julangnya kan? Hebat, jika pikiran Anda tidak terusik sama sekali. Itu tandanya pendapatan Anda sudah sangat tinggi sekali sehingga tidak terusik oleh berapapun harga daging sapi. Cabai merah. Garam. Sayur mayur. Dan bumbu-bumbu. Kalau Anda belum sampai ke level itu, mungkin Anda seperti saya. Kita memikirkan bagaimana caranya supaya bisa mendapatkan penghasilan yang lebih baik. You are not alone my friend. Kita tingkatkan ikhtiarnya lagi yah.
 
Iyya sih. Ikhitiar mah kita kan nggak pernah putus. Tapi, wajar juga dong kalau kadang bertanya juga;”Kenapa sih orang lain kok kayaknya gampang banget dapat ini dan itu? Rumahnya megah. Mobilnya juga mewah. Tampaknya uang mereka nggak berseri gitu deh?”
 
Wajar kok bertanya begitu. Tetapi, kita juga mesti realistis kan? Misalnya saja. Di zaman ini memang banyak orang yang hartanya melimpah ruah. Namun tengok itu di televisi. Baca di koran. Simak berita di media masa. Tidak semua orang yang tajir itu mendapatkan harta mereka dengan cara yang terpuji loh. Selama kita masih punya iman. Kita tentu tidak tertarik untuk menghalalkan segala cara, bukan?
 
Bukannya kita tidak tertarik untuk menjadi orang kaya. Saya ingin menjadi orang kaya. Sedang berusaha terus agar bisa mewujudkan cita-cita itu. Tetapi, saya ingin mendapatkan kekayaan itu dengan cara-cara yang Tuhan suka. Anda juga begitu kan sahabat? Nggak gampang banget deh. Itulah yang kita rasakan. Tetapi sahabat, hal-hal yang bernilai tinggi biasanya kan tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mendapatkannya bukan?
 
Saya paham benar, bahwa memang ada jalan pintas untuk menuju kepada kekayaan. Ada cara gampang untuk memperoleh keberlimpahan. Di level pegawai yang menduduki posisi basah, kita sudah pada tahu rahasia umum yang biasa ditempuh sekelompok orang. Cepat bertambah pundi-pundinya. Tapi saya dan Anda, tentu tidak menginginkan yang seperti itu. Karena cara seperti itu, jelas sekali buruknya dihadapan Tuhan. Bahkan dihadapan sesama manusia juga sangat rendah.

Saya memilih berbisnis kecil-kecilan saja. Meski hasilnya tidak seukuran paus, tetapi masih cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Kenapa tidak berbisnis besar biar hasilnya besar? Saya bilang; belum. Mulai dari kecil juga tidak keberatan. Insya Allah kelak akan perlahan-lahan menjadi besar juga.
 
Jika Anda bisa berbisnis besar saya seneng sekali mendengarnya. Namun, jika Anda juga memulainya sama seperti saya, marilah sahabat; kita saling memberi semangat. Agar tetap gigih berjuang. Dan tetap istikomah dijalan yang baik. Setidaknya, minim dari perilaku dan praktek-praktek berbisnis yang tidak patut.  Mari mulai sekarang juga. Karena akan sangat berat jika dimulai pada usia kita yang sudah terlampau tua.
 
Melihat orang lain yang kaya raya, memang sering membuat hati kita tergoda untuk mengambil jalan pintas. Toh semuanya terpampang dihadapan kita. Tetapi sahabatku, contohlah perilaku mereka yang kaya raya melalui usaha yang baik. Dengan cara berusaha yang bermartabat. Mari menghindarkan diri dari mencontoh mereka yang kaya raya dari  menghalalkan segala cara.
 
Tidak usah terlampau silau dengan kekayaan orang lain yang melimpah ruah, sahabat. Karena dengan ikhtiar yang pantang menyerah pun, mungkin kita bisa mendapatkan keberlimpahan yang sama. Jika kita gigih memperjuangkannya. Namun, jangan lupa juga untuk terus berdoa. Agar Tuhan menunjukkan jalan yang disukaiNya. Sehingga kita bisa terhindar dari cara-cara nista.  Mengapa demikian sahabat? Karena untuk setiap harta yang kita miliki akan ada 2 jenis pertanyaan. “Pertama, bagaimana kamu mendapatkan harta itu? Dan kedua, bagaimana cara kamu membelanjakannya.”
 
Oleh karenanya sahabatku, mari terus berjuang untuk mendapatkan nafkah dengan cara yang baik. Dan mari kita gunakan apa yang sudah kita miliki ini untuk hal-hal yang juga baik. Agar mudah kita menjawab kedua pertanyaan itu. Sehingga kelak, kita mendapatkan hadiah seperti yang Tuhan janjikan dalam surah 8 (Al-Anfal) ayat 4: “ …Mereka akan mendapatkan derajat yang tinggi disisi Tuhannya. Dan ampunan. Serta rezeki yang mulia.” Maukah Anda meraih rezeki yang mulia seperti itu sahabatku? Saya, mau.
 
Catatan kaki : 
Rezeki kita sudah ditentukan ukurannya. Yaitu sesuai dengan ukuran ikhtiar yang kita lakukan. Dan sudah ditentukan baik buruknya. Yaitu, sesuai dengan baik atau buruk cara mendapatkan dan membelanjakannya.


Diambil dari
-Dadang Kadarusman-

Kamis, 11 Juli 2013

Menyempurnakan Kebahagiaan Dunia Akhirat dengan Bacaan Al-Qur`an




Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar yang pernah diterima oleh para rasul. Mukjizatnya tidak hanya dari segi kedahsyatan dan keajaibannya yang sangat luar biasa, tapi juga berlangsung sepanjang zaman serta dapat dirasakan oleh seluruh makhluk. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat menandinginya, sekalipun hanya membuat satu surat. Al-Qur`an memiliki limpahan keutamaan yang tidak terhingga. Apa saja bukti keutamaannya?

Salah satunya ialah keutamaan bagi yang membacanya. Tidak ada nilai pahala yang paling tinggi dalam sebuah bacaan yang diberikan Allah sebanding dengan pahala membaca Al-Qur`an. Allah memberi pahala 10 kali lipat dari setiap huruf bacaan Al-Qur`an. Jika kita membacanya satu ayat saja, tentu pahalanya bisa mendapat beribu-ribu kebaikan. Bagaimana jika satu surat, satu juz, atau lebih? Subhanallah, sungguh Allah Maha Pemurah atas segala karunia-Nya.

Selain itu, Anda juga akan mendapatkan keutamaan lainnya yang sama dahsyatnya. Keutamaan ini benar-benar akan berpengaruh positif dalam hidup Anda. Paling sedikit, ada sembilan keutamaan yang diperoleh dari kebiasaan membaca Al-Qur`an, mulai dari mendapatkan ketenangan, kesehatan fisik, mencerdaskan otak, lancar rezeki, sembuh dari penyakit, kemudahan masuk surga, hingga mendapat syafa’at di alam kubur.

Al-Qur`an menjadi obat superdahsyat bagi penyakit lahir dan batin. Karenanya, bagi yang mengalami kegundahan hati, kegalauan, keputusasaan, kekecewaan, kesedihan, dan sejenisnya, hendaklah sering membaca Al-Qur`an. Keberkahannya, niscaya akan menenteramkan hati dan pikiran sehingga diperoleh kedamaian dan kebahagiaan hidup. Allah SWT berfirman,

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57).

Di dalam salah satu haditsnya, Rasulullah saw bersabda,

“Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah untuk membaca kitab Allah dan mempelajarinya, melainkan pasti turun kepada mereka ketenangan. Mereka diliputi oleh rahmat, dikerumuni para malaikat, sebagai orang-orang yang dekat di sisi-Nya.” (HR. Muslim).

Begitu pula dengan penyakit lahir yang diderita anggota tubuh, dapat sembuh atas mukjizat Al-Qur’an. Hal ini telah dialami banyak orang dan berbagai penyakit yang tersembuhkan, mulai dari zaman Rasulullah hingga sekarang. Bagaimana halnya dengan kemudahan jalan rezeki, kecerdasan otak, mencegah bencana, dan lain sebagainya, dapat terbukti dengan membaca Al-Qur`an?

Buku Kedahsyatan Membaca Al-Qur`an terbitan RuangKata ini akan menjelaskannya untuk Anda secara lengkap dan jelas. Buku ini tidak hanya menjelaskan tentang dahsyatnya keutamaan membaca Al-Qur`an, tapi juga mengupas keajaiban dan mukjizat Al-Qur’an. Buku ini ditulis oleh Amirulloh Syarbini & Sumantri Jamhari untuk menjelaskan keistimewaan Al-Qur`an sekaligus untuk memotivasi umat Islam agar membiasakan diri membaca Al-Qur`an demi mendapatkan mukjizatnya yang luar biasa dalam kehidupan nyata.

Di dalam buku ini dibuka dengan penjelasan keistimewaan Al-Qur`an, mulai dari pengertian, kemukjizatannya, kandungannya, hingga fungsi Al-Qur`an bagi manusia. Kemudian dalam bab selanjutnya, dibahas tentang kewajiban muslim terhadap Al-Qur`an, keutamaan membaca Al-Qur`an, 10 surat Al-Qur`an yang memiliki khasiat atau keutamaan superdahsyat, dan ditutup dengan kisah nyata orang-orang yang telah mendapatkan keajaiban dari membaca Al-Qur`an.

Di ambil dari
-www.ruangkata.com-

Rabu, 10 Juli 2013

Mengejar Bayaran Berkali-kali Lipat




Berapa Anda dibayar untuk pekerjaan itu? Ehm.., rahasia dong ya. Kalau bayarannya besar, Anda tentu tidak ingin kolega lain pada iri. Dan kalau bayarannya kecil, Anda tentu setuju jika mertua tidak perlu tahu. Rahasia pribadi deh pokoknya. Tapi, mari kita mengandaikan Anda sudah dibayar dengan angka yang layak. Lalu kepada Anda diberitahukan bahwa bayaran itu akan dilipatgandakan. Pertanyaan; apakah Anda akan semakin giat dalam bekerja? Ah. Tentu saja dong ya. Kalau soal bayaran yang dilipatgandakan, tidak jadi soal lagi berapa bayaran kita sekarang. Yang masih kecil pasti senang. Yang bayarannya sudah besar juga dijamin gembira. Betul demikian, kan?
 
Sejauh yang saya ketahui, orang selalu senang jika gajinya dinaikkan. Apa lagi kalau sampai dilipatgandakan. Setiap kali kita mendapatkan surat keputusan tentang kenaikan gaji, kita merasa lebih gembira dari sebelumnya. Kita pun tidak keberatan untuk bekerja lebih baik dari sebelumnya. Yaaah… setidaknya untuk beberapa minggu pertama setelah kenaikan gaji itu. Wajar dong. Kita bekerja lebih baik kalau dalam keadaan senang, kan? Namun kemudian, kita mendapati bahwa gaji yang sudah naik itu tetap tidak bisa mengimbangi kenaikan kebutuhan hidup. Makanya, semangat kerja kita melempem lagi beberapa minggu kemudian. Bahkan, dalam hati kita mulai ngedumel lagi; masak sih, kerja banting tulang kayak gini digaji cuman segini….
 
Oleh karenanya sahabatku. Saya menawarkan kepada Anda bayaran yang belipat ganda. Bayaran ini, tidak diberikan kepada semua orang. Melainkan hanya kepada orang-orang tertentu yang mengharapkannya. Dan secara sadar memenuhi syarat-syaratnya. Memangnya ada imbalan yang berlipat ganda seperti itu? Ada dong. Bahkan selain berlipat ganda itu, bayaran yang satu ini tidak bisa habis. Gaji Anda – berapapun besarnya itu – dijamin bakal habis untuk menutupi kebutuhan hidup. Kalau pun sudah tinggi sekali, juga akan tetap habis untuk membiayai gaya hidup yang semakin merangkak kelasnya, kan? Nah bayaran yang berlipat ganda ini nggak ada habis-habisnya Mas Bro.  
 
Gimana caranya mendapatkan bayaran yang seperti itu?
Gampang. Cukup meniatkan semua pekerjaan yang Anda lakukan itu sebagai amal baik yang Anda tebarkan untuk orang lain. Jika Anda seorang salesman, misalnya. Niatkanlah untuk menjalani hari-hari berjualan Anda demi menolong konsumen mendapatkan produk terbaik dalam memudahkan hidupnya. Niatkanlah untuk memberikan solusi terbaik kepada konsumen Anda. Maka Anda pun pasti bekerja lebih jujur. Lebih sungguh-sungguh. Dan lebih peduli dengan kepentingan pelanggan Anda. Bayangkan jika sebagai salesman itu Anda bekerja untuk menolong pelanggan Anda. Apakah ada yang bisa menghalangi Anda untuk menyediakan produk terbaik dengan harga terbaik bagi mereka? Jika demikian, apakah ada orang yang bisa menghalangi Anda dari keberhasilan menjual kepada mereka? Nggak bakal ada. Anda. Dijamin lebih berhasil dalam menjual.
 
Jika Anda orang pabrik. Misalkan saja pabrik pembuat bata merah. Niatkan selama mengangkut dan membentuk tanah itu Anda dedikasikan untuk membuatkan bata merah yang paling baik sedunia. Demi kebaikan orang yang memakainya kelak. Agar bata merah buatan Anda itu benar-benar kokoh. Enak dilihat. Dan bisa memberi perasaan tenteram dihati calon penggunanya. Anda bikin deh sebagus-bagusnya. Agar siapapun yang memandangnya tertarik kepadanya. Supaya siapapun yang membuat rumah dengan bata merah buatan Anda akan puas dengan hasilnya. Biar aman, mereka tinggal didalam bangunan yang kelak dibentuknya. Setiap kali Anda tahu ada orang yang membuat rumah dengan batu bata buatan Anda, maka Anda akan tersenyum bahagia. Karena Anda percaya, bahwa orang itu telah menggunakan produk terbaik yang Anda buat itu.
 
Jika Anda petugas cutomer service. Niatkanlah setiap kali Anda menerima telepon dari pelanggan itu untuk membantu pelanggan mencarikan solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Anda ada untuk mendengarkan keluh kesah mereka. Lalu memberikan penyelesaian yang membuat mereka bahagia. Sekalipun mereka bicara dengan nada yang marah, itu tidak akan berpengaruh kepada suasan hati Anda. Justru membuat Anda semakin ingin untuk membantu mereka melepaskan diri dari situasi yang membuat mereka kesal itu. Setiap kali permasalahan pelanggan Anda diselesaikan, Anda merasa lega. Dan setiap kali ada pelanggan lainnya yang mengadu kepada Anda, justru Anda kembali melihat kesempatan untuk menanam benih kebaikan kepada mereka. Dan sepanjang perjalanan pekerjaan itu; Anda senantiasa bahagia.
 
Jika Anda manager. Niatkanlah kehadiran Anda dikantor untuk melayani anak buah Anda. Membantu mereka mengejar cita-citanya. Menolong mereka mewujudkan harapan-harapannya. Memfasilitasi proses belajar mereka sehingga kelak bisa menapaki jenjang karir yang lebih baik. Maka setiap kali anak buah Anda membutuhkan, Anda selalu ada untuk mereka. Dan Anda, dengan telaten membimbing mereka. Kelak, anak buah Anda ada yang bagus. Lalu karirnya berkembang terus. Anda pasti merasa senang. Bahkan, diantara mereka ada sedemikian bagusnya sehingga kini karirnya melampaui Anda sendiri. Dengan niat yang tulus tadi, Anda tetap riang hati menyikapinya.
 
Lantas, dimanakah letaknya bayaran berlipat-lipat itu? Begini. Pertama, rasa suka cita selama Anda bekerja. Bukankah sekarang ini banyak orang yang bekerja secara terpaksa? Mengeluh tentang ini dan itu tanpa bisa keluar dari lingkaran rutinitas kerjanya. Perhatikanlah, bahwa ketenteraman batin yang Anda dapatkan dari bekerja dengan niat yang tulus itu merupakan bayaran tersendiri. Kedua. Ketika Anda melihat orang lain yang Anda layani merasa puas dengan hasil kerja Anda. Lalu Anda dipuji. Atau mereka datang kembali kepada Anda. Karena mereka mempercayai Anda. Dimata mereka, Anda adalah seorang professional yang tiada duanya.  Sungguh, itu adalah imbalan yang tak ternilai harganya.
 
Ketiga. Beruntunglah orang-orang yang bekerja dengan niat untuk memberi manfaat kepada orang lain. Dengan tujuan untuk memberikan kebaikan kepada orang-orang yang dilayaninya. Sebab. Bagi mereka Tuhan menjanjikan imbalan sesuai firman ini; “Barangsiapa berbuat kebaikan. Dia mendapatkan sepuluh kali lipat dari amal baiknya.” Janji itu tertera dalam surah 6 (Al-An’am) ayat 160. Sahabatku, tidak ada tempat yang bisa memberi kita kesempatan untuk berbuat kebaikan selain kantor kita. Karena di kantor, kita bisa berbuat baik bahkan tanpa modal sedikitpun. Melalui pekerjaan itu, kita bisa beramal baik. Asal kita meniatkan untuk berbuat kebaikan. Dan untuk setiap kebaikan yang kita lakukan melalui pekerjaan itu. Kita diberi imbalan berkali-kali lipat. Imbalan yang bermanfaat. Baik di dunia, maupun diakhirat.
 
Catatan Kaki:
Tidak ada jual beli yang memberikan keuntungan berkali-kali lipat. Seperti berlipatnya pahala kebaikan yang diberikan kepada orang-orang yang mengerjakan tugas-tugasnya dengan niat yang tulus. Dan perasaan yang ikhlas….
 
-Dadang Kadarusman-
 

Minggu, 07 Juli 2013

Menjadi Seorang People Builder

 
 
 
Mari perhatikan para atasan di kantor kita. Cermati bagaimana mereka menjalankan tugas kepemimpinannya. Sejauh yang saya ketahui, kebanyakan atasan hanya terpaku pada angka-angka yang mesti dicapainya. Atau target-target yang mesti dipenuhinya. Misalnya, atasan team sales dan marketing yang sekedar mengejar angka penjualan. Maupun atasan untuk team lainnya yang hanya mengejar deadline atau KPI yang mesti diraihnya. Hanya sedikit. Saya berani bilang, hanya sedikit yang masih memikirkan dan melakukan tindakan-tindakan nyata untuk mengembangkan anak buahnya. Anda, termasuk atasan yang seperti apa?
 
Di kelas training leadership saya, setiap peserta bebas menyampaikan apa saja yang terkait dengan tantangan kepemimpinan yang dihadapinya. “Kalau begini terus kan saya bisa babak belur Pak….” Demikian ‘curcol’ yang cukup sering saya dengar. Penyebab babak belur yang dimaksud oleh para leader ini adalah karena anak buahnya yang sudah bagus-bagus malah ‘diambil’ oleh departemen lain. “Jadinya saya mesti merekrut orang baru lagi Pak.” Katanya. “Saya mendidiknya lagi.” Tambahnya. “Begitu anak baru sudah bagus lagi, eeh.. diambil lagi oleh departemen lain. Gimana nggak pusing coba, Pak..?” tutupnya.
 
Untuk soal ini, saya tidak membacakan apa yang tertulis dalam text book. Saya juga tidak tertarik untuk menghibur atasan tersebut dengan nasihat atau ceramah berisi kata-kata bijak. Saya justru membagikan cerita dari pengalaman saya sendiri ketika memimpin team. Karena – Alhamdulillah – saya sendiri mengalami hal yang sama seperti meraka, ketika dulu masih bekerja.
 
Menurut pendapat saya, justru orang-orang seperti kita ini dianugerahi sebuah kemampuan yang jarang dimiliki oleh orang lain. Perhatikan baik-baik-baik bagaimana Tuhan memberi kita kemampuan untuk mengembangkan orang-orang yang baru direkrut. Kemudian membantu mereka menjadi karyawan yang handal. Disisi lain, perhatikan betapa banyak atasan yang sering pusing karena membutuhkan karyawan handal. Lalu mereka melihat karyawan yang memenuhi kriteria bagus itu ada di team kita. Lantas mereka memintanya kepada kita. Bukankah itu sebuah anugerah yang langka? Lantas jika itu terjadi pada Anda, akan Anda berikan anak buah Anda yang bagus itu atau tidak?
 
Bergantung yang memintanya ya. Jika posisinya lebih tinggi dari kita, ya mau tidak mau dong kita berikan juga. Tapi, kalau bisa sih kita pertahankan saja untuk menjamin agar kinerja team kita tetap bagus. Artinya Anda terpaksa kan? Kalau saya, justru ‘memajang’ anak buah terbaik itu untuk ‘diambil’ oleh kolega-kolega leader di team yang lain. Jika kebanyakan atasan melakukannya dengan berat hati, saya justru mengiringinya dengan gembira. Anda yang meragukannya mungkin bertanya; “Apa iyya bisa begitu?” Saya bilang, bisa. Anda pun bisa. Asal paham strategynya.
 
Ada strategynya?
Ada. Sederhana kok. Semudah menghitung 1, 2 dan 3 saja. Karena memang terdiri dari 3 aspek saja. Jika tertarik, Anda bisa melakukannya seperti ini: Satu, ikut terlibat secara aktif dalam proses rekrutmen anak buah kita. Kebanyakan leader tinggal terima saja kalau merekrut anak buah. Ada yang karena systemnya memang begitu, dan ada juga yang karena tidak mau susah. Saya, tidak mau melepaskan proses rekrutmen anak buah kepada team HR. Tentu saja saya tetap bekerjasama dengan mereka, tetapi; saya dan team saya sendirilah yang memegang kendalinya. Team HR, mengambil peran sebagai mitra.  Dengan begitu, saya bisa mendapatkan karyawan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan karakter pekerjaan di team kami.
 
Kedua, menggali potensi dan mengembangkan mereka. Berdasarkan survey skala besar yang dilakukan secara global pada umumnya karyawan merasa potensi dirinya tidak dikembangkan secara optimal. Mereka merasa perusahaan atau atasannya tidak cukup memberi ruang untuk memungkinkan potensi dirinya tergali. Saya melihat bahwa – sebagai atasan – kita mempunyai peran yang sangat penting. Lihat saja deh, kenyataan disekitar kita. Faktanya, kebanyakan atasan hanya fokus pada angka-angka, kan? Dan sering lupa mendidik anak buahnya. Bahkan, banyak atasan yang hanya memberikan briefing lalu melepaskan anak buahnya ke lapangan begitu saja. Fungsi atasan sebagai ‘coach’ sudah lama hilang di banyak perusahaan. Inilah tahapan kedua yang mesti kita mainkan.
 
Ketiga, mengekspor anak buah kita ke departemen lain. Kebanyakan atasan maunya ngekepin terus anak buahnya yang bagus. Makin bagus, makin dijagain. Berat banget rasanya kalau harus melepaskan mereka untuk atasan di departemen lain. Saya, berbeda. Justru kitalah yang semestinya ‘mengekspor’ anak buah yang sudah bagus itu agar bisa pindah ke departemen lain. Pada awalnya memang berat. Tetapi jika sudah menjadi kebiasaan, akan terasa ringan. Bahkan, Anda bisa menjadikan kebiasaan itu sebagai mendorong anak buah Anda yang lainnya agar bekerja sebaik-baiknya. Anak buah bisa lebih terbuka dengan aspirasi masing-masing. Dan kita, boleh menuntut komitmen mereka untuk menunjukkan kinerja dan kemampuan terbaiknya.
 
“Iya, tapi kita kan bisa babak belur kalau anak buah yang bagus dibajak terus?” Pikiran itu masih mengganggu Anda?   Wajar waja sih.
 
Kekhawatiran itu timbul karena selama ini proses ‘pengambilan’ anak buah yang handal dari team Anda itu tidak dilakukan secara terencana. Makanya, Anda kalang kabut.   Anda gundah, karena semuanya terjadi begitu saja. By accident, kalau boleh dibilang. Mulai sekarang, Anda mesti merencanakannya. Perhatikan lagi ketiga strategy yang saya bahas diatas. Lalu, bangunlah sebuah visi untuk menjadikan unit kerja yang Anda pimpin itu sebagai supplier karyawan handal bagi departemen lain di perusahaan. Bangun sebuah image sehingga jika ada atasan di departemen lain mencari talenta bagus, mereka akan menghubungi Anda.
 
Untuk bisa melakukannya Anda harus menjalankan ke-3 stratey itu secara simultan. Dengan demikian, Anda tidak akan mengalami kehilangan anak buah yang bagus tanpa persiapan atau kesiapan anak buah lain yang sanggup mengambil alih peran yang ditinggalkannya. Anak buah Anda pun semakin terpacu karena menyadari bahwa ada peluang dan kesempatan yang terbuka lebar untuk mengembangkan karirnya. Sedangkan para atasan di departemen lain terbantu dalam penyediaan sumber daya manusia yang bagus. Dan secara keseluruhan, perusahaan terus berkembang.
 
Sahabatku. Jika Anda bisa begitu. Maka Anda sudah menjadi atasan yang langka. Yang bukan hanya sekedar mengejar angka-angka. Melainkan atasan yang bisa memimpin anak buah untuk kebaikan masa depan karir mereka. Bayangkan jika di semua departemen lain di perusahaan Anda ada mantan anak buah Anda. Dan bayangkan ketika Anda bisa berkontribusi pada kesuksesan mereka. Saat melihat karir mereka berkibar, bukankah dalam hati Anda ada rasa bahagia? Sejauh yang saya rasakan, rasa bahagia itu melampaui gaji, bonus atau imbalan material apapun yang kita dapatkan. Karena kesuksesan yang bisa diraih oleh mantan anak buah kita itu, memberikan rasa puas didalam jiwa kita.
 
Guru mengaji saya pernah menasihatkan bahwa untuk para pemimpin yang baik, Tuhan menjanjikan kemudahan dalam proses perhitungan amalan baik dan buruk di hari perhitungan kelak. Mari sahabatku, kita gunakan amanah kepemimpinan ini untuk melakukan yang terbaik bagi orang-orang yang kita pimpin. Agar kelak ketika berdiri dihadapan Sang Pencipta, kita boleh mengatakan; “Tuhan. Telah kutunaikan tugas kepemimpinan yang Engkau amanahkan di pundakku. Dengan sebaik-baiknya…..”
 
Catatan Kaki:
Banyak atasan yang hanya mengejar angka-angka. Namun hanya sedikit yang peduli kepada perkembangan karir anak buahnya. Padahal, angka akan hilang ditelan masa. Sedangkan kebaikan kita kepada orang lain, akan tetap tercatat dalam rekaman semesta raya. 
 
- Dadang Kadarusman -